Organda Teriakan Ayo Lawan Kemacetan

  • Oleh :

Senin, 30/Sep/2013 06:01 WIB


JAKARTA (beritatrans.com) Kemacaten di Ibukota Jakarta tidak dapat dihindari lagi. Kondisi ini semakin hari semakin parah. Bahkan, kebijakan mobil murah akan menambah kesemrawutan kemacetan di Ibukota Negara Indonesia. Hal ini berdampak terhadap menurunnya produktivitas masyarakat.Di sisi lain, masa depan infrastruktur transportasi di negeri ini belum memperlihatkan titik terang. MRT dan monorel belum dibangun. Sementara itu, terjadi penurunan kualitas layanan Trans Jakarta dan angkutan umum lain karena angkutan umum darat tak pernah dibela pemerintah dan kita semua.Hal itu dikemukakan Ketua Umum Organda (Organisasi Angkutan Darat), Eka Sari Lorena pada peluncuran buku bertajuk Ayo Lawan Kemacetan, yang menghadirkan mantan Menteri Perhubungan periode 2007-2009 sebagai pembahas buku tersebut, di Jakarta, Minggu (29/9/2013).Pada kesempatan itu, sebelum acara berlangsung Manager Executive Penerbit Buku Kompas, memberikan buku kepada Budi Nugraha/wartawan Suara Merdeka selaku perwakilan media, perwakilan Bus Mania dan perwakilan mahasiswa Fakultas Ekonomi UI.Saya mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk melawan kemacetan khususnya di Kota Jakarta, agar kita tak harus semakin pagi berangkat kerja dan pulang larut malam, kaum muda pun bisa lebih menyempatkan waktunya yang lebih bermakna untuk bangsa dari pada terjebak macet yang bisa mencapai 3-4 jam," kata Eka.Kalau kita mencermati negara-negara maju, kata Eka, ternyata kultur mobil pun telah digantikan keberpihakan terhadap angkutan umum massal. Kaum muda dan kaya di negara maju justeru memilih naik angkutan umum atau bersepeda daripada naik mobil pribadi dengan resiko macet dan pusing mencari parkir.TransJakarta juga perlu dibenahi. Bukan hanya dari sisi peremajaan bus, tetapi lebih dalam lagi dimulai dari pembenahan manajemen. Itu penting bila tidak maka kualitasnya menurun sehingga masyarakat tetap memilih naik angkutan umum, kata Eka Sari Lorena.Melalui buku Ayo Melawan Kemacetan, Eka berharap dapat mengetuk hati banyak orang untuk membantu mengurangi kemacetan. Meskipun perjuangan Anda hanya sekadar meresonansi gagasan yang tertuang dalam buku ini ke saudara, tetangga, dan teman-temanmu, Eka tetap mensyukurinya. Dia percaya perjuangan tersebut tetap bermakna besar untuk memerdekakan kita dari kemacetan.Jadi, tidak peduli siapakah Anda. Apakah Anda kurir? Apakah Anda pebisnis, yang mulai kehilangan waktu untuk bertemu tiga klien sehari? Apakah Anda mahasiswa atau pelajar, yang makin sulit mengunjungi teman? Atau, mungkin Anda ibu rumah tangga, yang musti meluangkan waktu dua jam untuk ke tempat arisan? Siapa pun Anda, camkanlah bahwa kemacetan harus dilawan, tegasnya.Menurut Eka, tanamkan ke dalam benak dan alam bawah sadar Anda bahwa kemacetan sudah keterlaluan dan sangat memuakkan. Perang melawan kemacetan adalah perang kita bersama.Buku ini selain fokus membahas kemacetan di Ibukota Jakarta, tapi juga membahas kemacetan di kota-kota besar lainnya di Indonesia, seperti di Pulau Bali yang makin dikeluhkan padahal Bali merupakan etalase Indonesia. Tol Bali (Benoa-Ngurah Rai-Nusa Dua) pun diprediksi tak optimal karena juga ada kemacetan di daerah lain seperti di Kota Denpasar, Kuta, Legian, bahkan Ubud yang jauh dari tol itu.(ridwan)