Terapkan Sistem Kerja 247 dan Hapus Pungli di Pelabuhan Tanjung Priok

  • Oleh :

Jum'at, 15/Agu/2014 14:31 WIB


JAKARTA(beritatrtans.com)-- Pengguna jasa di Pelabuhan Tanjung Priok mendesak seluruh stake holder di pelabuhan setempat merealisasikan percepatan pelayanan barang dan konsisten mendukung sistem kerja 247 (24 jam sehari dan 7 hari dalam seminggu). Sistem itu akan mendorong dwelling time (lamanya barang numpuk di pelabuhan) bisa diturunkan menjadi kurang dari empat hari. Saat ini dwelling time baru mencapai rata-rata 5,8 hari. Desakan itu terungkap. dalam dialog kemaritiman yang digelar Forum Jurnalis Pelabuhan (Forjap) Tanjung Priok di Jakarta, Kanis (14/08/2014)Sekjen BPP Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (Ginsi) Achmad Ridwan Tento mengatakan, percepatan pelayanan barang di Pelabuhan Tanjung Priok mutlak untuk mendorong pelabuhan tersebut sebagai pelabuhan pengumpul atau Hub."Pelayanan mulai dari pre clrearance sampai dengan post clearance mesti dipercepat lagi. Soal infrastruktur di luar pelabuhan khususnya akses menuju pelabuhan juga masih menjadi kendala serius. Semua itu mesti diperbaiki, katanya. Menurut Ridwan, untuk menjadikan Priok sebagai pelabuhan modern diperlukan persiapan mulai dari penataan dan revitalisasi, elektronissi dan otomatisasi gate secara keseluruhan serta konsisten menerapkan sistem kerja 247 dan menghilangkan pungutan liar (pungli).Kepala Kantor Pelayanan Utama (KPU) Bea dan Cukai Tanjung Priok. B Wijayanta mengakui sistem kerja 247 di Pelabuhan Tanjung Priok belum sepenuhnya diikuti oleh stake holder di pelabuhan.Wijayanta mengatakan Bea dan Cukai bersama stake holder lainnya akan terus melakukan percepatan layanan di pelabuhan. " Bea dan Cukai Tanjung Priok menargetkan dwelling time di Pelabuhan Priok pada akhir Desember tahun ini bisa mencapai 3,7 hari.Soal belum berlaku sistem kerja 247 ini antara lain. terjadi di Depo penumpukan kontainer, kata Ketua DPU Angkutan Khusus Pelabuhan (Angsuspel) Organda DKI, Gemilang Tarigan.Tarigan mengatakan angkutan khusus pelabuhan saat ini cukup menderita akibat jalanan macet, antri isi barang di dalam pelabuhan sampai 2 jam lebih dan saat mau mengembalikan kontainer empety depo sudah tutup. Akibatnya setiap unit kendaraan dalam sebulan hanya beroperasi 14 rit, ujar G Tarigan.Sementara itu, Dirjen Perhubungan Laut (Hubla) Kemenhub Bobby R Mamahit saat membuka dialog tersebut kembali mengingatkan Pelindo II agar perpanjangan pengelolaan Jakarta International Countainer Terminal (JICT) kepada swasta Hongkong (Hutchison Port Holding )baru bisa dilakukan setelah BUMN tsb mendapat konsesi dari Otoritas Pelabuhan (OP). (wilam)