KAI Berdayakan Aset Bersejarah Menjadi Bernilai Ekonomis

  • Oleh :

Sabtu, 23/Agu/2014 05:51 WIB


JAKARTA (beritatrans.com) - Manajemen PT Kereta Api Indonesia (Persero) terus mengoptimalkan aset dan benda-benda purbakala dan bersejarah di lingkungan KAI di seluruh Indonesia. Benda tersebut tetap dijaga dan dilestarikan bahkan diberdayakan menjadi aset ekonomi yang memiliki nilai jual tinggi."Saat ini ada dua aset yang paling menonjol dan diminati wisatawan serta masyarakat umum, yaitu Gedung Lawang Sewu di Kota Semarang Jawa Tengah dan KA Tua Bergigi di Ambarawa Jawa Tengah," ujar Executive Vice President (EVP) Pusat Pelestarian Benda dan Bangunan KAI Ella Ubaidi menjawab beritatrans.com di Jakarta, Jumat (22/8).Gedung Kawang Semwu kini dijadikan museum hidup. Barang bersejarah yang dijadikan museum tapi tetap dipergunakan bahkan dikomersialkan ke masyarakat umum. Sebagai museum, Lawang Sewu juga disewakan sebagai tempat acara seperti pertemuan, seminar, resepsi pernikahan warga, makan malam, dan berbagai event lain di Kota Semarang."Jumlah pengunjung dan peminatnya cukup tinggi, bahkan sering digelar berbagai event besar di Kota Semarang. Banyak juga wisatawan asing dan lokal yang sengaja datang untuk melihat kemegahan dan keindahan Lawang Sewu," Ella lagi.Dalam sebulan, rata-rata penerimaan perusahaan antara Rp2 miliar sampai Rp3 miliar. Jumlah tersebut berasal dari sewa tempat, tiket masuk dan event lain yang sengaja digelar atau dipertunjukkan di Lawang Sewu. "Lawang Sewu adalah kantor KAI pertama kali dibangun pemerintah kolonial Belanda di akhir tahun 1800-an," jelas dia.Seperti diketahui, jalur dan jaringan KA pertama dibangun Belanda adalah dari Semarang menuju Tanggung. Sampai saat ini, jalur tersebut masih dioperasikan bahkan dilalui jalur KA reguler. "Jalur KA itulah saksi sejarah dimulainya layanan jasa KA di Tanah Air sampai sekarang," aku Ella.Selain Lawang Sewu dan perna-pernik yang ada di dalamnya, maanajemen KAI juga mengoperasikan KA bergigi buatan Belanda antara Ambarawa menuju Bedono Jawa Tengah. Jalur KA itu merupakan satu-satu KA bergigi yang dibangun Belanda dan ,asih bisa diopearsikan sampai sekarang,"KA Tua bergigi itu sekarang tetap dioperasikan dengan rute Stasiun Tuntang-Ambarawa-Bedono. Setiap akhir pekan rata-rata 2,500 penumpang dan pengunjung KA tua itu. Tapi, pada hari-hari biasa hanya sedikit terutama anak-anak sekolah yang memang ada program wisata bersama sekolahnya," urai Ella.Ke depan, potensi dan objek wisata di lingkungan KA akan terus dioptimalkan. Bukan hanya untuk dijaga dan dilestarikan, tapi bagaimana mengemas dan menjual mereka kepada wisatawan asing atau lokal untuk berkunjung kesana. "Dari sisi pariwisata inilah KAI akan teus digalakkan guna meningkatkan pendapatan perusahaan," tegas Ella. (helmi)