Efisien, KA Babaranjang Setara Dengan 300 Truk

  • Oleh :

Senin, 22/Sep/2014 22:30 WIB


JAKARTA (beritatrans.com) -Beroperasinya jalur double track atau jalur ganda kereta api (KA) dari Jakarta sampai Surabaya meningkatkan frekuensi perjalanan KA hampir 100% per hari. Kalau sebelumnya hanya sekitar 200 perjalalanan KA per hari khususnya di lintas utara Jawa, kini bisa naik hampir dua kali lipat. Kemampuan dan daya angkutan barang KA juga meningkat sangat signifikan."Kapasitas dan dan daya angkut KA di lintas Jawa naik drastis dengan selesainya proyek jalur ganda itu. Kalau KA barang waktu tempu dari Surabaya-Jakarta hanya butuh waktu 16 jam. Sementara, untuk diangkut dengan truk atau jalan darat bisa ditempuh sampai dua hari atau 48 jam bahkan lebih tinggi," ujar Dirjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan (Kemenhub) RI Hermanto Dwiatmoko kepada beritatrans.com di Jakarta, kemarin.Ditambahkan Dirjen, moda KA juga paling hemat konsumsi bahan bakar minyak (BBM) dan efisien dibanding moda transportasi lainnya. Untuk sekali perjalanan, KA bisa mengangkut sampai 20 petikemas bahkan lebih. KA Babaranjang di Sumatera Selatan misalnya, jika mengangkut batubara dengan kapasitas 40 ton per KA, maka sekali jalan setara dengan 300 truk. "Dengan mengalihkan angkutan barang ke KA akan menghemat tingkat kerusakan jalan raya. Biaya prawatan jalan juga lebih kecil sehingga meringankan APBN," papar pejabat Kemenhub itu.Dengan selesainya jalur ganda KA bukan hanya meningkatkan kapasitas an frekuensi perjalanan KA lintas Jawa. Dari sisi keselamatan transortasi juga makin tinggi. "Sejalan dengan pembangunan proyek jalur ganda tum makin banyak perlitasan KA sebidang juga ditutup atau dibangun jalan layang atau underpas. Dengan begitu, potensi terjadinya kecelakaan di jalur KA makin berkurang pula," jelas Hermanto.Oleh karena itu, Kemenhub mendesak semua pemangku kepentingan seperti pemilik barang, pelakau usaha lain bahkan Pemda untuk mendukung optimalisasi angkutan moda KA tersebut. "Jaringan KA sudah dibangun dengan biaya APBN. Harus dioperasikan dengan optimal, apalagi dengan memperhatikan berbagai kelebihan moda angkutan berbasis rel itu," tegas Hermanto. (helmi)