Sering Pulang Tak Membawa Hasil bahkan Rugi

  • Oleh :

Senin, 22/Sep/2014 23:02 WIB


BEKASI (beritatrans.com) - Arus penunpang bus antar kota antar provinsi (AKAP) sering disalah artikan banyak orang. Dikiraya kaya dan banyak uang, padaha itu milik juragan yanga belum disetorkan. Misalnya, bus AKAP jurusan Jakarta atau Bekasi ke Bandung pergi pulang sangat dipengeruhi musim liburan atau hari kerja kantoran. "Jumlah penumpang Jakara-Bandung dan juga Bekasi-Bandung harus ramai pada akhir pekan, mulai Jumat, Sabtu dan Minggu. Sebaliknya, dari Bandung arus penumpang cukup ramai pada Minggu sore sampai Senin pagi," ujar Maman, seorang awak bus Primajasa jurusan Bekasi-Bandung, kepada beritatrans.com di Bekasi, Senin (22/9).Jumlah penumpang sangat turun drastis terutama pada jam kerja mulai Senin-Kamis. Terkadang dari Bekasi kita hanya membawa tiga penumpang. Tapi, karena kita harus jalan sesuai kontrak rrute yang ada, kami terpaksa jalan. "Seperti bisa dilihat sekarang, lajut dia, kita berangkat dari Terminal Bekasi hanya membawa dua penumpang. Kalau sampai masuk pintu tol Bekasi Timur tak ada tambahan penumpang, berarti kosong begini sampai Bandung," papar Maman. "Kalau sepi penumpang kita tak bisa tutup setoran. Terkadang harus pulang tangan hampa bahkan rugi atau nombok," keluh pramudi yang sudah puluhan tahun menggeluti profesi itu. Awak bus Primajasa AC sangat terikat dengan kontrak. Setiap jam tertentu, harus jalan dan tidak bisa ditunda. Jika tidak, kena sanksi bahkan kita dipecat dari kantor. "Kita menggunakan sistem prosentasi, yaitu 15% untuk awak bus dan sisanya milik juragan. Jadi kalau sehari kita tak mendapatkan hasil minimal Rp750.000, alamat rugi kita," keluh Maman lagi.Menurut dia, biaya operasi bus AKAP besar rata-rata solar atau bahan bakar minyak (BBM) 80 liter, dengan harga Rp5.500 per liter atau sebesar Rp360.000 untuk satu rit atau pergi pulang (PP) Bandung Bekasi. Sedang biaya tol, sekali jalan Rp48.000, jika ditambah uang maka Rp100.000 sehari untuk dua orang maka akumulasinya mencapai Rp560.000. Sedang tarif penumpang dipatok sebesar Rp42.000 per orang.Jika sekali jalan penumpang kita kurang dari 10 orang, alamat kita harus rugi alias nombok. Sementara, setoran juragan sebesar 85% tak bisa ditawar-tawar. Kita sudah terikat kontrak dan ada batas minimal dan kita harus setor ke kanto. "Realitas yang kami hadapi, pulang tak membawa uang itu sangat biasa. Tapi apa boleh buat, kenyataan yang mesti dihadapi dan jumlah penumpang sangat fluktuatif," terang Maman.Sementara, resiko di perjalanan sering ada dan tidak terduga-duga. Bisa ban pecah, kempes serta pungutan luar (pungli) yang jumlahnya masih cukup tinggi itu. "Orang kadang sering salah, dianggapnya kerja di jalan kaya kita kaya karena selalu pegang uang. Padahal, kalau sudah disetor ke juragan, bagian kita bisa habis di jalan," tegas pria tengah baya itu.(helmi)