Trio Mayoret Marching Band Gita Sapta Bahari Selalu Prima

  • Oleh :

Minggu, 09/Nov/2014 08:22 WIB


Menjadi mayoret dalam satu grup drum band menjadi dambaan banyak orang. Tampil cantik atau tampan dengan atribut dan dandanan berbeda dari personel lain. Tapi, ternyata tidak mudah. Butuh kualifikasi khusus dan lolos seleksi ketat. Mayoret dituntut mempunyai penampilan menarik, energik sehingga harus didukung fisik yang prima."Menjadi mayoret merupakan panggilan tugas sekaligus bagian dari ekspresi jiwa seni. Dengan enjadi mayoret, kita bisa membawa dan mengharumkan nama almamater, bangsa dan negara. "Itu tujuan awal masuk drum band bahkan menjadi mayoret," tutur Ni Made Yulianti, Mayoret III Gita Sapta Bahari kepada beritatrans.com, Sabtu (8/11/2014).Saat penerimaan anggota baru, ada kualifikasi alat musik dan jenis permainan yang diinginkan setiap taruna. Mereka bebas memilih sesuai bakat,minat dan kemampuan masing-masing."Saya ikut seleksi serta penyaringan ketat saat taruna tingkat I STIP. Taruna harus ikut satu kegiatan esktra kurikuler di kampus dan saya pilih drum band ini," kata Yulianti didampingi dua moyoret lainnya, Arinsan Simanjuntak dan Kivlan Aljechin Ruesky.Ketiganya merupakan trio yang memimpin Drum Band Gita Sapta Bahari, kebanggan STIP Jakarta. Taruna tingkat II sekolah pelayaran itu selain belajar di kampus, aktif di bidang seni budaya, khususnya drum band. "Ini tuntutan tugas, sekaligus menyalurkan bakat seni masing-masing," kata Yulianti.Untuk mayoret putri, ada beberapa peminatnya. Ada seleksi ketat dan beauty contest yang ketat dan sekektif. "Kita harus lolos test fisik, seperti push up, set up, lari atau jogging lainnya. Selajutnya memunyai olah gerak tubuh yang baik, lentur dan simetris," kata Yulianti."Sebagai putri Bali, sudah biasa dengan seni tari. Setiap anak dan remaja apalagi putri harus bisa menari. Ini menjadi nilai lebih saya sehingga mendapat kehormatan dipilih menjadi mayoret Gita Sapta Bahari," kata Yulianti bangga.Gita sapta3"Penampilan harus menarik. Gerakan lincah dan lentur bisa memimpin dan menggerakkan anggotanya yang mencapai ratusan orang. Jadi tidak gampang tentunya. Kita harus berkoordinasi dengan dua maoret lain sekaligus menyelaraskan gerak dan permaian alat musik yang beragam," kata Yulianti.Satu tum drum band ada berbagai alat musik yang dimainkan seperti alat musik tiup, perkusi atau pukul dan alat musik gesek. Semuanya harus bida bermain yang indah, serasi dan selaras. Jika turun dengan full team, ada 180-200 orang taruna. "Jumlah itu belum termasuk tim pendukung yang ada di luar barisan. Mayoret harus bisa mengkordinasikan mereka itu," jelas putri Bali itu.Setiap kali tampil, drum band Gita Sapta Bahari tampi dengan tiga mayoret dengan tugas berbeda. Selaon itu, ada dua mayoret cadangan yang siap menggantikannya. "Misalnya ada cidera atau kecelakaan lain, maka ada pengganti dan penampilan drum band tetap berjalan," papar Yulianti.Pembina Gita Sapta Bahari, Capt.Sajim Budi Setiawan mengatakan, tidak mudah untuk menjadi mayoret di STIP. "Butuh kualifikasi khusus serta lolos seleksi ketat. Dia yang terpilih, tentu mempunyai penampilan lebih dari lainnya. Mereka itulah ujung tombak penampilan kami di lapangan," katanya."Yang paling sulit di STIP, personel drum band itu maksimal dua tahun harus ganti. Jadwal akademik di kampus, taruna tingkat III harus sudah PKL dan naik ke kapal. Jadi, sebelum mereka berlayar harus sudah ada penggantinya. Paling tidak sama bahkan harus lebih baik," tandas Kepala Unit Olah Raga dan Senin STIP itu.(helmi)