Mengapa AirAsia QZ8501 bisa Hilang?

  • Oleh :

Senin, 29/Des/2014 14:42 WIB


MCLAEN (beritatrans) - Bart Jansen, wartawan asal Amerika membagi teorinya terkait insiden pesawat AirAsia QZ8501 melalui situs berita USA Today kemarin (28/12/14).Ia berpendapat, hilangnya pesawat QZ8501 karena cuaca buruk. Kemungkinannya ialah :1. Badai menyebabkan kerusakan mesin pesawat. Seperti pada kasus jatuhnya pesawat Air France dengan nomor penerbangan 447 di Samudera Atlantik, 2009 silam.2. Pilot hilang kendali pesawat karena badai. Seperti yang terjadi pada pesawat Air France dan Colgan Air yang bertabrakan dekat Buffalo, New York, 2009 lalu.3. Terjadi katastropik dalam pesawat, sehingga pilot tidak memberikan kode darurat.Kapten Patrick Smith, pilot pesawat komersial sekaligus pemilik blog askthepilot.com, mengatakan, "Kemungkinan pesawat Airbus A320 terjebak badai dan mengalami katastropik atau kerusakan pada struktur pesawat"."Berbasis di Kuala Lumpur, Malaysia, AirAsia merupakan penerbangan bertarif rendah terbesar di Asia dan dunia", jelas Smith. "Mereka mengoperasikan 70 pesawat, semuanya jenis A320s, dan rute penerbangannya mencakup Indonesia, Thailand, Malaysia, dan sekitarnya".Smith menambahkan, tak adanya kode darurat dari pilot pesawat QZ8501 bukanlah masalah besar. Berkomunikasi dengan pengatur lalu lintas udara bukanlah prioritas utama ketika pesawat dalam keadaan darurat."yang menjadi prioritas pilot ialah mengontrol pesawat dan menangani kerusakan dan urgensi yang terjadi saat itu", jelasnya.Pihak AirAsia menyebut kapten pesawat QZ8501, Kapten Pilot Iriyanto, merupakan pilot berpengalaman. Dia memiliki lebih dari 20.000 jam terbang. Sedangkan first officer-nya memiliki 2,275 jam terbang.Pesawat jet jenis A320, mencakup A319 dan A321, memiliki catatan keselamatan yang baik. Dengan 0,14 kecelakaan fatal per sejuta take off. Berdasarkan safety study yang dipublikasi oleh Boeing, Agustus lalu.Sunardi, seorang petugas dari BMKG mengatakan, ada awal tebal di lokasi AirAsia QZ8501 lost contact. Dipastikan ada angin kencang baik vertikal maupun horizontal diikuti kilat dengan kondsi awan yang dijelaskan oleh Sunardi.Kepala Pusat Meteorologi Penerbangan Maritim BMKG, Syamsul Huda mengatakan, awan tersebut adalah awan cumulonimbus yang memang ditakuti para penerbang. Profesor bidang meteorologi di Embry-Riddle Aeronautical University, Christopher Herbster mengatakan, pilot sudah diperingati soal angin vertikal yang menyebabkan pesawat tidak stabil.Bahaya lainnya ialah penumpukan es. Suhu dingin pada pada ketinggian tertentu menyebabkan titik air berubah jadi es pada permukaan pesawat. Pada kasus kecelakaan pesawat A330 milik Air France, alat pengukur kecepatan udara, pitot probes, pesawat beku. Padahal ukuran pesawat jenis ini lebih besar dari pesawat Air Asia yang hilang.Setelah kejadian Air France, Airbus mengganti pitot probes dengan seri baru untuk menghindari munculnya kendala yang sama. (nudiya)