"Ada Kebanggaan Jika Berlayar di Kapal Asing"

  • Oleh :

Kamis, 26/Feb/2015 17:38 WIB


JAKARTA (beritatrans.com) - Berlayar terlebih di kapal-kapal asing menjadi impian setiap taruna sekolah pelayaran, termasuk Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta. Setiap taruna harus menjalani latihan berlayar dan naik kapal selama setahun. Namun jika berlayar di kapal asing tetap menjadi impian.Pengalaman selama ini, mayoritas alumni STIP Jakarta juga bekerja di kapal-kapal asing. Tidak sedikit yang sukses meniti karier di kapal bahkan menjadi nakhoda atau profesi lainnya. Meski diakui, banyak pula yang kemudian kembali ke Tanah Air dan bekerja menjadi staf atau pimpinan perusahaan di darat."Ada kebanggan tersendiri jika kita bisa berlayar di kapal-kapal asing. Kita berlatih mengarungi lautan luas dengan semua dinamika dan tangannya di tengah laut. Rasanya belum lengkap alumni STIP jika berlum berlayar di kapal asing," harap Chandra Perwira Komara, seorang taruna STIP smester V dalam perbincangan dengen beritatrans.com di Jakarta, Kamis (26/2/2015).Chandra bersama dua temannya, Indra Dwi Permana dan Dimas Bayu Prakoso, sama-sama memipikan bisa berlayar di kapal asing. "Dengan berlayar di kapal asing, bisa langsung ke luar negeri. Pengalaman kita di laut juga makin luas dan jauh," kata Chandra serius."Mereka (kapal-kapal asing) itu akan menjadi ajang berlatih untuk taruna. Secara rutin, mereka menerima taruna STIP untuk praktek berlayar. Biasanya, untuk taruna tertentu sudah dipesan dan langsung magang kerja di perusahaan pelayaran asing," papar Chandra.Sesuai jadwal akademik di STIP, taruna smester V sudah harus siap-siap naik kapal. Di kapal nanti bukan hanya senang-senang berlayar kesana kemari, namun juga belajar. "Seluruh taruna harus belajar dengan baik dan benar. Setelah turun dari kapal, harus membuat laporan dan dipresentasikan ke depan dosen di kampus," jelas Chandra lagi.Satu hal lagi, kata dia seorang taruna bisa berlayar dan dibayar lagi. "Kalau kita berlayar di kapal-kapal asing tentu akan dibayar dengan uang Dolar AS. Jadi, selain pengalaman, tentu secara ekonomi juga lebih besar nilainya," papar Indra, taruna STIP lainnya.Berlayar merupakan pengalaman yang sejak lama diimpikan para taruna STIP. Selama ini, kampus STIP sudah mempunyai jalinan kerja sama dengan beberapa perusahaan pelayaran baik lokal atau asing. "Taruna tak perlu mencari perusahaan sendiri untuk naik kapal. Semua sudah diurus kampus dan ada bagian masing-masing untuk setiap taruna," cetus Indra lagi.Seluruh taruna smester V ini sudah harus siap-siap untuk naik kapal. Sesuai rencana, Agustus 2015 mereka bersama sekitar 450 taruna dan taruni STIP Jakarta akan naik kapal. "Selama setahun, kita akan belajar berlayar dan menerapkan ilmu dan pengetahuan yang kita pelajari sejak dua tahun di kampus," jelas Chandra lagi.Bagi kami yang masih taruna, menurut Dimas, tentu ingin pengetahuan dan pengalaman yang sebanyak-banyaknya. Tentu, kalau boleh memilih ingin berlayar di kapal asing. "Dengan berlayar di kapal asing, kita bisa melatih dan mengamalkan ilmu pelayaran yang sebenarnya, naik jurusan nautika, teknika dan KALK. Selain pengetahuan teknis mengenai pelayaran, kemampuan bahasa Inggris kita juga dituntut lebih baik," papar dia.Jika kita berhasil berlayar di kapal asing, menurut Dimas, maka pengalaman yang akan dimiliki taruna lebih lengkap. "Sebagai calon pelaut tentu harus mengasah kemampuan dan ketrampilan sejak dini. Latihan berlayar di kapal itulah ujian bagi kita untuk mengukir masa depan. Jika kita sukses berlayar, biasanya akan langsung bekerja di sana. Jadi, latian berlayar sekaligus magang kerja," tandas Dimas.Bekal Sebelum BerlayarKendati statusnya latihan berlayar, bagi taruna STIP itu sudah bekerja di kapal, namun status mereka tetap taruna. Oleh karena itu, dia masih harus belajar, membawa buku bahkan laptop dan kebutuhan belajar di kampus lainnya. "Sambil berlayar, kita harus bekerja sekaligus menyelesaikan tugas. Oleh karena itu, kita harus siap fisik dan psikhis. Usai berlayar kita membuat laporan kerja dan dipresentasikan kepada dosen," tandas Chanda Perwira.Selain itu, Indra menambahkan, laporan dari berlayar selama setahun itulah yang nantinya menjadi bekal awal untuk menulis skripsi sebagai prasyarat untuk menyelesaikan tugas belajar di STIP. "Meski kawan-kawan satu kapal banyak dari STIP, tapi mereka membuat laporan berbeda-beda sesuai jurusan sekaligus bahan awal skripsi mereka," kilah Indra.Kendati begitu, baik Chandra atau Indra sepakat, baik belayar di kapal asing atau kapal nasional akan tetap dijalani dengan baik. "Semua itu merupakan bagian dari jadwal akadmeik di kampus. Kami harus menjalani dengan baik serta membuat laporan sebaik mungkin. Tokh hasilnya akan kita terima dan menjadi modal awal untuk kerja nanti," tegas Chandra.(helmi)