Teliti Soal Tingginya Resign Pegawai, Zahara T Rony Lulus Jadi Doktor di UNJ Dengan Nilai 3,8

  • Oleh :

Rabu, 04/Mar/2015 22:28 WIB


Universitas Negeri Jakarta (UNJ) kembali melahirkan tiga doktor terbaru dari bidang kajian Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM). Salah satunya adalah Dr.Zahara Tussoleha Ronny. Wanita kelahiran Tanjung Pandan, Bangka Belitung (Babel) 1966 itu berhasil menyelesaikan program studinya dalam waktu tiga tahun dengan nilai 3,8.Wanita karier ini berhasil mempertahankan disertasinya dengan judul "Intensi Volutary Turnover Karyawan Trans7 Periode 2010-2012", dalam sidang senat terbuka yang dipimpin Prof.Dr.H.Djaali, dan Sekretaris Prof.Dr. Moch. Asmawi,M.Pd, di Gedung Dewi Satrika, Kompleks UNJ, Rawamangun, Jakarta. Keduanya merupakan Guru Besar Tetap UNJ atau dulu dikenal dengan IKIP Jakarta itu."Ide itu muncul menyikapi fenomena tingginya intensi voluntery turnover di Trans7 khususnya periode 2010-2012. Sebagai salah satu karyawan di bidang SDM, saya perlu mencari tahu apa penyebabnya dan bagaimana solusi yang terbaik agar kasus itu tidak terulang," kata Zahara dalam perbincangan dengan beritatrans.com di Jakarta, Rabu (4/3/2015). Semua pertanyaan dari tim penguji bisa dijawab dan diuraikan dengan sangat memuaskan. Semua pertanyaan masih dalam koridor bidang kajian yang diteliti selama dua tahun terakhir di Trans7 Jakarta. "Semua pertanyaan sama beratnya, tapi masih dalam koridor bidang kajian yang saya angkat. Terima kasih tak terhingga disampaikan pada semua pihak yang berkontribusi dalam proses penelitian dan penyusunan disertasi ini," jelas Zahara dengan berseri-seri.Zahara menyusun disertasi dengan melakukan penelitan di tempatnya bekerja sebagai Kepala Departemen Pengembangan SDM Trans7. Penelitian berlangsung selama dua tahun serta wawancara mendalam dengan karyawan, mantan karyawan serta pihak lain di Trans7 dan CT Corp. "Karyawan mundur, pindah tempat kerja atau lainnya banyak alasannya, baik internal atau eksternal. Tapi, dalam kasus Trans7 sebab eksternal cukup dominan, termasuk aksi saling "bajak" sesama stasiun televisi di Tanah Air. Maraknya industri broadcasting saat ini praktis membutuhkan dukungan SDM yang baik, handal dan tahan banting. Sementara, tidak semua stasiun televisi mempunyai Divisi SDM yang andal," kata Zahara. Seperti dikutip Zahara, perpindahan, keluar bahkan masuk bekerja kembali di Trans7 cukup tinggi dalam rentang waktu 2010-2012. Tahun 2010 jumlah karyawan yang masuk 226 orang, tapi dalam waktu sama yang keluar mencapai 175 orang, tahun 2011 karyawan yang masuk ada 279 orang dan keluar 209 orang. Puncaknya terjadi tahun 2012, yaitu karyawan masuk sebanyak 228 orang dan yang keluar mencapai 241 orang.Anehnya, masih menurut Zahara, dalam kurun waktu yang sama, nilai penjualan Trans7 justru naik signifikan. Tahun 2010 tercatat penjualan mencapai Rp1.122 miliar, tahun 2011 naik menjadi Rp1.710 miliar dan tahun 2012 kembali naik drastis menjadi Rp2.210 miliar. IMG-20150304-WA002Dikatakan Zahara, memang tidak mudah mendidik, membina seorang karyawan khususnya wartawan itu. Tapi, akan lebih suit lagi mempertahankan seorang karyawan yang sudah jadi (profesional di bidangnya) agar tetap betah dan berkarya di satu perusahaan. "Di sisi lain, gaji dan kesejahteraan yang lebih tinggi serta jenjang karier dan iklim kerja yang kondusif banyak mempengaruhi seseorang tetap betah bekerja di satu perusahaan seperti Trans7. Disini tantangan dan kredibilitas manager-manager satu perusahaan diuji dan dipertaruhkan," jelas alumnus FKIP UHAMKA jurusan Sastra Inggris itu.Butuh kerja keras, kreatif dan dinamis untuk tetap membina dan mendidik setiap karyawan. Apalagi tuntutan kerja keras sebagai pemburu berita harus didukung dengan jaminan dan kesejahteraan yang cukup pula. "Tidak sedikit karyawan yang mundur atau pindah ke tempat lain karena alaan kesejahteraan. Meski diakui, masih banyak faktor lain yang membuat orang memilih hengkang dari tempatnya bekerja yang dulu," terang Zahara.Butuh langkah bijak pimpinan, mulai atasan langsung sampai top management. Dalam kasus Trans7, memang banyak karyawan yang mundur atau pindah kerja ke tempat lain. Tapi, Trans7 membuktikan semua itu tidak membuat stasiun TV swasta itu ambruk. Bahkan Trans7 tetap eksis berkarya dan mampu mempertahankan rating pemirsanya."Semua itu membuktikan Trans7 mempunyai sistem kerja, jenjang karier serta kesejahteraan yang bagus. Namun bukan berarti sudah cukup dan bis berdiam diri. Management Trans7 harus mampu bangkit dan membangun kinerja yang lebih baik lagi, karena persaingan akan semakin berat," tandas Zahara yang sudh dikarunia tiga putra itu.Setelah berhasil menyelesaikan jenjang pendidik S-3 ini, kini Zahara masih mempunyai obsesi yang terus dikejarnya. "Saya ingin terus berkarya dan memberikan yang terbaik untuk bangsa dan negara ini. Bisa dengan mengajar atau aktif di berbagai lembaga kajian di perguruan tinggi di Jakarta.""Jika mungkin, saya akan melanjutkan studi post doktoral bidang SDM. Bisa ke Amerika Serikat (AS) atau Australia. Program post doktoral bidang Kajian SDM itu belum ada di Indonesia," tegas Zahara.(helmi)