ABK Kapal Taiwan yang Hilang Berencana Belikan Sepeda buat Adik

  • Oleh :

Kamis, 12/Mar/2015 17:11 WIB


TEGAL (beritatrans.com) - Siti Khodijah, 37, kaget saat didatangi lima orang yang mengaku dari PT Maritim Jaya Tegal, perusahaan penyalur tenaga kerja yang memberangkatkan anaknya, Mif Aziz Musthofa, bekerja sebagai anak buah kapal (ABK) di kapal pencari ikan Taiwan, Selasa (10/3) lalu.Dia semakin bertanya-tanya saat salah seorang di antaranya tiba-tiba langsung memeluk tubuhnya dan memintanya bersabar serta banyak berdoa. Saya kaget karena belum pernah didatangi. Saya bilang terus terang saja, ada apa. Ternyata mereka mengabarkan kapal tempat Mif bekerja hilang kontak, tutur Siti saat ditemui sindonews.com di rumah di Desa Blubuk RT 02/RW 05, Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal, kemarin.Mif Azis Musthofa,18, merupakan satu dari tiga ABK kapal Hsiang Fu Chuen asal Kabupaten Tegal. Kapal itu diduga tenggelam di Samudra Atlantik setelah dilaporkan hilang kontak pada 26 Februari lalu. Hingga kini nasib kapal berikut 49 awaknya belum jelas. Siti menuturkan, Mif sudah bekerja sebagai ABK di kapal Hsiang Fu Chuen sejak 25 Januari lalu. Mif berangkat melalui PT Maritim Jaya Tegal bersama Sobirin, 39, warga Jalan Bandeng RT 02/RW 04 Desa Kalisoka, Kecamatan Dukuhwaru, dan seorang warga Cirebon.Menurut Siti, terakhir kali anak pertama dari dua bersaudara itu memberi kabar pada 15 Februari lalu ketika tengah bersandar di Sidney, Australia, sebelum meneruskan perjalanan ke Argentina. Dia pertama telepon, tapi saya tidak tahu karena sedang di sawah. Setelah itu SMS. Dia bilang dia sedang mendarat tapi belum bisa kirim uang. Katanya, kirimnya bulan empat (April). Dia minta didoakan. Dia juga bilang katanya mau membelikan adiknya sepeda, kata Siti sembari mulai terisak.Sebelum di kapal Hsiang Fu Chuen, Mif sempat bekerja satu tahun setengah di kapal pencari ikan lain yang juga berasal dari Taiwan bersama salah seorang kerabatnya. Pria lulusan SMP itu sempat pulang ke Tegal pada November 2014 dan berada di rumah selama sekitar sebulan. Awal tahun, dia berangkat lagi ke Taiwan dan berpindah ke kapal Hsiang Fu Chuen.Dia seharusnya kontrak dua tahun di kapal yang sebelumnya, tapi disuruh perusahaan penyalurnya untuk pindah kapal lain. Saya sempat tidak mengizinkan karena kapalnya lebih kecil, tapi karena sudah kontrak ya sudah, ungkapnya. Selama bekerja sebagai ABK di kapal luar negeri, Mif merupakan tulang punggung keluarga. Uang penghasilannya selain digunakan membantu kebutuhan sehari-hari kedua orang tua dan adiknya, juga sudah digunakan untuk merenovasi rumah.Sebelum bekerja sebagai ABK, dia juga sempat bekerja di sebuah hotel di Jakarta selama satu tahun untuk membantu perekonomian keluarga. Dia cita-citanya memang bekerja di laut, di kapal. Saya sebenarnya tidak mau, tapi katanya mau cari modal untuk sekolah SUPM dan usaha. Ya saya tidak bisa melarang, ujar Siti didampingi suaminya, Nur Khalim, 40, yang sehari-hari bekerja sebagai buruh tani. Siti pun berharap bisa segera ada kejelasan terkait nasib anak pertamanya itu.Harapan tersebut terus ia pelihara karena belum ada pernyataan dari perusahaan pemilik kapal jika kapal dipastikan tenggelam. Perusahaan penyalur hanya bilang hilang kontak. Pokoknya, saya minta tanggung jawab. Mif harus pulang dalam kondisi sehat. Kalaupun tenggelam, saya tidak percaya kalau belum lihat jenazahnya, ujar Siti.Sementara itu, keluarga ABK kapal Hsiang Fu Chuen, Multadi,24, warga Desa Pesarean RT 07/RW 02 Kecamatan Adiwarna, malah belum mendapat informasi dari perusahaan penyalur. Multadi berangkat dari PT Bima Samudera yang berkantor di Kota Tegal.Keluarga Multadi malah baru mengetahui kalau kapal hilang dari saya saat saya datangi tadi, kata Kasi Penempatan Tenaga Kerja Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kabupaten Tegal Algunto, kemarin. (tiefa).