Hiswana Migas Usulkan Kenaikan Filing Fee dan Biaya Transportasi

  • Oleh :

Kamis, 28/Mei/2015 14:30 WIB


JAKARTA (beritatrans.com) -DPP Hiswana Migas kembaki mendesak Pemerintah melalui Kementerian ESDM untuk segera merespon dan mengabulkan usulan penyesuaian filing fee dan biaya transportasi elpiji 3 kg. Sejak tujuh tahun silam, filing fee dan biaya trasportasi elpiji itu tidak naik, sebesar Rp300 per kg tidak naik."Kami terakhir kali Hiswana Migas mengusulkan penyesuaian tanggal 1 April 2015. Tapi, sampai sekarang belum ada respon dari Kementerian ESDM," kata Ketua DPP Hiswana Migas Muhammad Ismeth didampingi anggotanya Yanuar Tarigan kepada pers di Jakarta, Kamis (28/5/2015).Menurutnya filing fee dan biaya transportasi sebesar Rp300 per kg sudah tidak memadahi lagi. "Pemerintah hendaknya segera memikirkan itu, sesuai usulan kami naik menjadi Rp512 per kg. "Dalam masa tujuh tahun, minta kenaikan Rp212 per tidak terlalu besar. Apalagi, biaya investasi, perawatan SPBE dan lainnya juga mahal dan terus naik," jelas Ismeth lagi.Apalagi, harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi juga sudah berulang kali baik dan subsidi di APBN terus naik. "Bisnis Hiswana Migas itu dilakukan swasta dengan beban ditanggung sendiri. Kalau dibiarkan begini, jelas sangat berat," aku Ismeth.Yanuar Tarigan menambahkan, saat ini beberapa pengusaha SBPE sudah diambang kebangkrutan. Tidak sedikit SPBE yang dijual karena terus merugi. "Kondisi inilah yang perlu difikirkan bersama. Bagaimana usaha ini tetap jalan dan pelayanan ke masyarakat tetap berjalan lancar. Maunya kami, bagaimana beban usaha ini sedikit dikurangi," pinta dia.Menurutnya, kalau bicara saol untung rugi itu relatif. Pengusaha memang tidak rugi, tapi marginnya tipis sekali. "Jika keadaan ini dibiarkan terus, maka break event point (BEP) pengusaha SBPE menjadi lebih lama. Kalau norlanya 10 tahun sudah balik modal molor menjadi 20 tahun," jelas Yanuar.Menyikapi kondisi tersebut, baik Ismeth atau Yanuar sangat menyayangkan pernyataan Faisal basri mantan Keua TRTKM yang gegabah itu. "Sudah bisnis sekarang sulit, margin kecil ditambah lagi dengan stigma negatif yang dialamatkan pada pengusaha Hiswana Migas. Ibarat jaruh tertimpa tangga pula," tegas Ismeth.(helmi)