STTD: Mengapa Pemda Tak Tertarik Membangun Park And Ride?

  • Oleh :

Jum'at, 12/Jun/2015 06:21 WIB


BEKASI (beritatrans.com) Bisnis parkir atau park and ride sampai kini belum banyak dilirik terutama Pemerintah Kota (pemkot) di sekitar Jakarta. Padahal, bisnis cukup menjanjikan sejalan dengan program pembangunan transportasi umum yang baik dan terintegrasi di Jakarta dan kota sekitarnya.Park and ride itu sangat menjanjikan. Bisnis penitipan sepeda motor atau mobil yang dikelola warga masyarakat baik di dekat pintu tol atau stasiun sepanjang Jabdetabek untung. Jika tidak, mana mau mereka membuka bisnis penitipan sepeda motor tersebut, kata pakar transportasi Sekolah Tinggi Transportasi Darat (STTD) Bekasi, Muh Nurhadi,ST,MT kepada beritatrans.com di Bekasi, Kamis (11/6/2015). Menurutnya, untuk membangun transportasi umum yang baik khususnya untuk memfasilitasi warga Jabodetabek beraktivitas maka perlu membangun angkutan umum yang baik. Rendahnya minat masyarakat naik angkutan umum ke Jakarta karena belum tersedia transportasi umum yang baik, terpadu dan harga terjangkau. Selain itu juga belum tersedia fasilitas parkir yang memadahi di daerah. Selama hal itu masih terjadi, kecenderungan orang masih akan menggunakan mobil pribadi dan akibatnya memicu kemacetan luar biasa seperti terjadi di Jakarta dan kota di sekitarnya sekarang ini, kilah Nurhadi.Selain itu, mereka juga enggan meninggalkan mobil atau sepeda motor di daerah karena belum ada fasilitas park and ride yang baik. Permintaan park and ride itu tinggi sejalan dengan makin tingginya volume kendaraan di Jabodetabek ini. Pemerintah daerah sekitar Jakarta perlu mempelopori membangun park and ride yang baik dan murah tersebut. Bisa dengan kerja sama operasi atau skim kerja sama saling menguntungkan lainnya, papar Nurhadi.Sebagai contoh, PT KAI Jabodetabek sangat agresif membangun park and ride terutama di sekitar stasiun asal seperti Bakasi, Depok, Bogor dan Tangerang. Buktinya mereka untung dan makin banyak warga masyarakat yang mninggalkan mobil atau sepeda motor di stasiun dan naik KRL ke Jakarta, terang Nurhadi.Kisah sukses KAI Jabodetabek ini perlu ditiru dan Pemda Jabodetabek bisa mempeloporinya. Membangun transportasi umum yang baik, terintegrasi sekaligus menyiapkan park and ride yang bagus. Jika dikelola dengan professional akan sangat menguntungkan, kilah Nurhadi yang putra Demak, Jawa Tengah itu.Stasiun-gambirPengurus MTI DKI Jakarta ini menambahkan, Menhub Ignasius Jonan sebagai mantan Dirut PT Kereta Api Indonesia (KAI) berulang kali menyebutkan, bisnis parkir di sekitar stasiun itu sangat menguntungkan.Saat saya menjadi Dirut KAI bertanya ke Kepala Stasiun Gambir, berapa kontribusi parkir di Stasiun Gambir setiap hari? Dijawabnya sekitar Rp4 juta per hari. Wah tidak benar ini, padahal ada ratusan bahkan ribuan kendaraan keluar masuk Stasiun Gambir, cerita Jonan seperti ditirukan Nurhadi.Manajemen KAI menurut Jonan akhirnya membangun sistem parkir yang baik, pelayanan ditingkatkan. Seluruh kendaraan baik mobil atau sepeda motor yang masuk Stasiun Gambir dipastikan membayar parkir dengan baik dan benar. Setelah dikelola dengan baik, kini rata-rata pendapatan Stasiun Gambir dari parkir naik menjadi Rp65 juta per hari. Artinya, uang parkir di Stasiun Gambir sangat menjanjikan. Selama ini justru masuk kepada oknum, bukan ke perusahaan KAI, kata Jonan mantap.Mengacu kepada pengalaman Jonan saat menjadi Dirut KAI dan mengelola parkir di sekitar stasiun KA di Jabodetabek, tak ada alasan yang menyebutkan bisnis parkir tidak menguntungkan. Bisnis ini sangat menjanjika, dengan investasi tidak terlalu besar. Masalahnya sekarang, Pemda sekitar Jabdetabek mau tidak memulai ini untuk mendukung pembangunan angkutan umum di daerahnya, tegas Nurhadi.(helmi)