Ituk: Jasa Porter Bandara Tidak Mudah Dihilangkan

  • Oleh :

Selasa, 07/Jul/2015 10:55 WIB


JAKARTA (beritatrans.com) - Jasa angkut atau porter di Bandara seringkali membuat penumpang tidak nyaman karena kerap berebut, bahkan tak jarang memaksa penumpang agar menggunakan jasanya. Belum lagi cara kerja mereka yang bergerombol dan menghadang jalan masuk atau keluar penumpang di Bandara.Kondisi seperti ini tentu saja menambah kesan semerawut bandara. Apalagi jika di bandara itu penumpangnya sudah melebihi kapasitas seperti di Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng.Kesan kesemerawutan tenaga porter seperti itulah yang coba dihilangkan oleh Manajemen PT Angkasa Pura II sebagai pengelola Bandara Internasional terbesar di tanah air ini. "Bagaimanapun tidak mudah menghilangkan porter karena penyedia jasa itu sudah sangat lama ada di bandara," kata Direktur Pelayanan dan Fasilitas Bandara PT Angkasa Pura II Ituk Herarindri di selai-sela acara buka puasa bersama di Jakarta, Senin (6/7/2015).Ituk mengatakan Bandara di Indonesia tidak bisa disamakan dengan Bandara di luar negeri yang tidak menyediakan jasa porter. Pasalnya masyarakat di luar negeri sudah terbiasa mandiri dan tidak biasa dilayani. "Sedangkan masyarakat Indononesia cenderung suka dilayani," ujar Ituk.Ituk berujar, saat ini PT Angkasa Pura II hanya bisa menata ulang agar keberadaan jasa porter lebih rapi dan tertib, sehingga tidak mengganggu kenyamanan para penumpang.Para tenaga porter pun dibuat kualifikasi khusus misalnya dengan cara membatasi batas minimal dan maksimal usia porter, kondisi fisik dan kesehatan. "Kalau orang gemuk dan gendut sebaiknya tidak jadi porter, karena untuk membawa diri sendiri saja sudah berat, bagaimana dia bisa membantu angkat-angkat barang bawaan penumpang?" ujarnya.Upaya penataan lainya, porter diberi seragam khusus dan warna warni. Kemudian dibuatkan konter khusus sehingga tidak bergerombol seperti sekarang. Selain itu, mereka juga tidak boleh langsung membawa troli saat menawarkan jasanya ke penumpang. "Tarif trolinya akan distandarisasi. Jadi mereka tidak seenaknya sendiri dalam menentukan tarif," kata Ituk. (aliy)