Pengusaha Kuliner Pantura Jawa Pusing, Omset Turun 90%

  • Oleh : an

Sabtu, 18/Jul/2015 06:13 WIB


SUBANG (beritatrans.com) - Kehadiran Jalan Tol Trans-Jawa terutama Ruas Jalan Tol Cikopo-Palimanan (Cipali), dan Palimanan-Kanci (Palikanci), berdampak nyata terhadap anjloknya omzet dan pendapatan pebisnis restoran yang beroperasi di jalan non-tol. Terutama di ruas-ruas jalur pantai utara (pantura). Para pengusaha kuliner pun pusing dan harus memutar otak untuk menyikapi dinamika bisnis yang berkembang di daerahnya itu. Hampir semua pelaku usaha serupa di Pantura Jawa Barat menghadapi masalah sama. Omsetnya turun drastis, karena pemudik tujuan Jawa Tengah dan Yogyarakta mayoritas tak lagi melintasi pantura dan beralih ke tol Cipali. Padahal, sebelumnya masa mudik Lebaran menjadi ajang menangguk untung karena omset penjualan naik luar biasa besarnya. Kini, seua itu tinggal kenangan.Direktur Utama Pringsewu Group H Bambang Riyadi mengakui hal itu saat berbincang dengan Kompas.com, di rest area atau tempat istirahat (TI) Km 102, Subang, kemarin. "Sangat terasa. Pengaruhnya demikian signifikan. Jumlah transaksi anjlok. Bagi pelaku bisnis dengan modal terbatas akan mematikan usaha mereka," tutur Bambang seperti dikutip tribunnews.com.Asisten Direktur Marketing Pringsewu Group, Deddy Sulistianto, menambahkan, penurunan omzet dan pendapatan bisa merosot 90 persen, bahkan pernah jatuh ke angka minus."Itu dialami restoran kami di kawasan Indramayu, dan Cirebon. Sebelum tol beroperasi, omzet dan pendapatan kami bisa mencapai ratusan juta dalam sehari. Setelah tol beroperasi, anjlok 90 persen," ungkap Deddy.Penurunan omzet dan pendapatan, tambah Deddy, dimulai sejak Tol Palimanan-Kanci (Palikanci) yang dikembangkan PT Jasa Marga (persero) Tbk, beroperasi pada 1997 lalu. Saat itu, pelanggan, pebisnis, dan juga pemudik, berpaling memanfaatkan Tol Palikanci.Menyadari tak ingin terus menerus merugi, dan menghindari rasionalisasi karyawan, Pringsewu Group pun kemudian mengembangkan strategi ekspansi bisnis baru. Mereka memutuskan relokasi restoran dari jalur non-tol ke rest area atau tempat istirahat (TI) jalan tol.Dengan biaya sewa Rp 100 juta per tahun untuk restoran di TI Km 207 Tol Palikanci, dan masing-masing Rp 133 juta untuk restoran di TI Km 101, dan 102 Tol Cipali, Pringsewu Group setidaknya mampu bertahan dan memperpanjang nafas bisnis.Hingga saat ini, restoran yang sudah beroperasi di Tol Pantura ada di Km 101, dan Km 102 Tol Cikopo-Palimanan (Cipali), dan Km 207 Tol Palikanci."Restoran Pringsewu Group perdana kami di jalan tol berada di Km 207 Tol Palikanci," imbuh Chief Marketing Pringsewu Group, Agung Nuryono.Dengan perubahan strategi bisnis ini, perlahan namun pasti, Pringsewu Group berhasil mencetak kembali omzet dan pendapatan yang sempat hilang.Deddy melanjutkan, poyeksi dan potensi pertumbuhan bisnis restoran di TI-TI jalan tol sejatinya sangat menjanjikan. Selain momentum arus Mudik dan arus balik Lebaran, ada perayaan Natal dan Tahun Baru, serta liburan sekolah."Tiga momentum itu adalah saat-saat kami mendulang penjualan. Di luar itu, kami bekerja sama dengan Perusahaan Otobus (PO), dan beberapa perusahaan travel," tandas Deddy.(zal/tribs)

Tags :