Dirjen Migas: Harga BBM Subsidi Akan Dievaluasi Setiap Enam Bulan

  • Oleh : an

Rabu, 05/Agu/2015 14:43 WIB


JAKARTA (beritarans.com) -Dirjen Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) IGN Wiratamaja Puja mengatakan, berdasarkan diskusi dan rekomendasi dari Komisi VII DPR, Pemerintah akan mengevaluasi harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi setiap enam bulan. Jika kondisi perekonomian membaik, bisa ditingkatkan menjadi tiga bulan sekali."Kenaikan atau penurunan harga minyak dunia, tak serta merta bisa diikuti kenaikan atau penurunan harga BBM di dalam negeri. Banyak faktor yang harus dipertimbangkan, selain kondisi ekonomi makro, laju inflasi serta faktor tranportasi BBM di dalam negeri," kata Wiratmaja Puja dalam acara Diskusi Publik Dengan Topik "Membongkar Misteri Penentuan Harga BBM, di Hotel Alia, Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (5/8/2015).Dikatakan, kondisi makro ekonomi dan ketahanan pangan di Indonesia belum sepenuhnya kuat. Dalam kondisi tertentu, sangat riskan akan isu dan dinamika yang berkembang di pasar. "Baru ada wacana untuk menaikan harga BBM, semua harga barang dan jasa sudah naik. Kondisi itu berbeda dengan negara-negara maju yang kondisi ekonomi dan politiknya sudah mapan. Harga BBM fluktuatif tak masalah sehingga tidak merugikan masyarakat seperti di Indonesia," kilah Dirjen.Menurutnya, BBM yang dijual di Indonesia khususnya SPBU itu dibeli atau impor sekitar 1-1,5 bulan lalu. Dan harga BBM subsidi harus dibahas dan ditetapkan bersama antara pemerintah dan DPR. Selain itu juga butuh waktu, sehingga baru sekitar enam bulan bisa dievaluasi dan diambil kebijakan selanjutnya," kata Wiratmaja Puja.Selain itu, jelas dia, kenaikan harga BBM subsidi di dalam negeri harus dilakukan esktra hati-hati. "Kalau harga BBM naik, maka semua harga kebutuhan pokok dan laju inflasi naik."Sebalikya, jika harga BBM turun harga barang dan jasa tidak turun. Masalah inilah yang meski difikirkan bersama untung dan ruginya bagi bangsa dan negara ini," kilah Dirjen Migas.Sementara, Direktur Bina Program Direktorat Jenderal Minyak dan Gas (Migas) Kementerian ESDM Agus Cahyono Adi, mengatakan bahwa Pertamina mengalami defisit lantaran menjual BBM jenis Premium dan solar di bawah harga keekonomian."Harga BBM solar maupun Premium bulan ini tetap, tidak ada perubahan harga naik atau turun. Banyak pertanyaan harga BBM turun tapi harga pokok tidak turun," ujar Agus, menambahkan.Agus melanjutkan, memang selama 10 tahun terakhir ini, Indonesia telah menjadi nett importir. Pasalnya, pengguna BBM semakin meningkat, sementara produksi minyak Indonesia kerap menurun."Sejak awal 1970-an disubsidi sangat besar. Oleh karena itu, dengan kebijakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengubah subsidi minyak solar Rp1.000 per liter, sedangkan Premium tidak lagi," ucapnya.Dia mengaku, harga minyak dunia sekarang tengah mengalami penurunan lantaran negara-negara barat telah mengambil kesepakatan dengan Iran terkait dengan program nuklir Teheran. "Iran merupakan negara produsen OPEC nomor dua setelah Arab Saudi," tegas dia.(helmi)ya.

Tags :