Pertamina: Penyesuaian Harga Elpiji Non Subsidi Diharapkan Mampu Picu Masuknya Pemain Baru Di Indonesia

  • Oleh :

Jum'at, 21/Agu/2015 16:09 WIB


JAKARTA (beritatrans.com) - PT Pertamina (Persero) mengharapkan penyesuaian harga elpiji nonsubsidi, termasuk elpiji 12 kg, yang telah mencapai keekonomian dapat mengundang hadirnya kompetitor yang dapat menciptakan bisnis elpiji nasional lebih sehat di masa mendatang. "Saat ini, elpiji 12 kg atau lebih tidak disubsidi dan diharapkan bisa menarik masuknya pemain bati dalam bisnis elpiji nonsubsidi di Tanah Air," kata Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Wianda Pusponegoro di Jakarta, Jumat (21/8/2015).Dia mengungkapkan sebelum tahun 2015, Pertamina mengalami kerugian dalam memasarkan elpiji 12 kg, dengan nilai kerugian mencapai Rp5,7 triliun per tahun (2013) dan Rp 4,3 triliun per tahun (2014). Dengan penyesuaian harga elpiji 12 kg sesuai market price saat ini, di tahun 2015 Pertamina mulai mendapatkan laba.Elpiji 12 kg merupakan produk non subsidi, sesuai Permen ESDM No 26 tahun 2009 pasal 25 dinyatakan harga jualnya ditetapkan oleh Badan Usaha dengan berpedoman pada harga patokan LPG (CP Aramco), kemampuan daya beli konsumen dalam negeri serta kesinambungan penyediaan dan pendistribusian. "Dalam pasal 2 disebutkan bahwa penetapan harga jual LPG dimaksud wajib dilaporkan kepada Menteri ESDM," kata Wianda di Jakarta, Jumat (21/8/2015).Di awal tahun 2015, lanjut dia, Pertamina mulai dapat menyesuaikan harga elpiji 12 kg sesuai market price. Penyesuaian harga (kenaikan / penurunan) dilakukan setiap bulan hingga bulan April 2015 mengikuti fluktuasi harga bahan baku LPG (CP Aramco) dan kurs USD. "Dalam pelaksanaan penyesuaian harga tersebut, Pertamina berpedoman pada Permen ESDM No. 26 tahun 2009 pasal 25 tersebut di atas, serta penyesuaian harga selalu dilaporkan kepada Menteri ESDM serta kementerian terkait lainnya," kata Wianda.Berdasarkan evaluasi pelaksanaannya, pola penyesuaian harga bulanan seperti ini menimbulkan gejolak harga di masyarakat dan jalur distribusi. "Di saat harga turun, masyarakat kurang merasakan dampaknya, dan jalur distribusi mengalami kerugian akibat sudah menebus harga tinggi dan menjual dengan harga yang lebih rendah. Sementara di saat harga naik, sektor usaha yang terkait LPG serta konsumen rumah tangga paling merasakan dampaknya, yang pada akhirnya mendorong inflasi yang cukup tinggi," jelas Wianda.Sebagai informasi, lanjut dia, pola konsumsi elpiji 12 kg berbeda dengan barang lainnya dimana rata-rata penggunaan berdasarkan riset lembaga independen dikonsumsi lebih dari 1 bulan untuk setiap tabungnya. "Selain itu, rantai distribusi elpiji 12 kg melibatkan sub agen dan warung tidak sesuai apabila dilakukan penyesuaian dalam periode yang lebih pendek," kilah Wianda."Berdasarkan beberapa pertimbangan tersebut dan untuk menjaga kondusifnya suasana menjelang Ramadhan dan Idul Fitri, pasca penyesuaian harga epiji 12. kg per 1 April 2015, Pertamina berusaha untuk menjaga kestabilan harga atau semaksimal mungkin tetap yang diharapkan tidak memberikan kontribusi inflasi tambahan. Pertamina sembari mengevaluasi pergerakan harga minyak dan gas yang belum stabil, menurut Wianda, penguatan kurs USD terhadap rupiah yang menunjukkan trend meningkat hingga akhir tahun serta mengantisipasi season akhir tahun yang memiliki kebiasaan trend meningkat di tahun-tahun sebelumnya.(helmi)

Tags :