Direktur Trigana Air: Mari Benahi Penerbangan Perintis

  • Oleh :

Selasa, 25/Agu/2015 06:23 WIB


JAKARTA (beritatrans.com) -- Berkaca pada musibah jatuhnya pesawat Trigana Air beberapa waktu lalu, Direktur Operasional PT Trigana Air, Beni Sumaryanto, mendesak pemerintah dan swasta bersama-sama untuk berbenah diri dalam memperbaiki penerbangan perintis. Dari infrastruktur bandara, fasilitas keselamatan, sampai manajemen di tubuh maskapai memerlukan evaluasi.Musibah yang menimpa pesawat Trigana Air di Papua pada Minggu (16/8/2015), kembali menyadarkan semua pihak bahwa penerbangan perintis membutuhkan perhatian lebih banyak dari pemerintah.Pemerintah dinilainya memandang kegiatan penerbangan perintis seperti anak tiri dibanding penerbangan jalur non perintis.Mari kita sama-sama, duduk sama-sama, baik perusahaan penerbangan dan juga otoritas pengelola penerbangan dari Kementerian Perhubungan juga. Harus sama-sama. Mari sama-sama kita benahi, ujar Beni kepada metrotvnews.com, kemarin.Beni menyadari, dari sistem manajemen Trigana Air juga masih banyak yang perlu dibereskan. Misalnya pada pelatihan pilot dan standar prosedur operasional keamanan penumpang. Sedangkan dari sisi pemerintahnya, juga perlu dituntut untuk meningkatkan faktor keamanan segi infrastruktur. Apa yang kurang di bandara itu sendiri, misalkan alat bantu navigasi yang belum ada, bisa dilengkapi."Meskipun infrastruktur penunjang keselamatan dirasa masih kurang memadai, namun penyebab kecelakaan pesawat bukan semata-mata disebabkan oleh hal itu. Kontribusi InfrastrukturMenurut Beni, banyak hal yang bisa mengakibatkan kecelakaan pesawat di daerah perintis. Banyak faktor, bisa jadi karena cuaca, bisa jadi karena hal yang diakibatkan oleh peralatan yang ada di pesawat, bisa juga peralatan yang mendukung penerbangan itu sendiri, atau juga karena pilot error atau human error. Banyak faktornya, kata Beni.Pilot senior penerbangan perintis tersebut menjelaskan, kecelakaan pesawat pada umumnya terjadi karena rentetan masalah kecil yang mengakibatkan insiden yang lebih besar. Dapat dikatakan, kontribusi infrastruktur terhadap kecelakaan, tidaklah mutlak.Jadi kita harus kasih tau, kalau cuaca sedang jelek kita enggak terbang, terus infrastrukturnya kita beresin, crew training-nya diperbaiki, safety awarness di masing-masing perusahaan itu sama-sama ditingkatkan. Jadi intinya banyak faktor yang menyebabkan kecelakaan pesawat itu terjadi, jadi memang harus sama-sama kita bereskan, papar Beni.Selama ini, lanjut dia, dukungan pemerintah kepada swasta dalam menghidupkan rute penerbangan perintis sudah cukup baik. Dukungan tersebut berupa kontrak kerjasama yang ditandatangani bersama untuk mengangkut bahan-bahan kebutuhan pokok ke pedalaman.Itu sifatnya hanya seperti kontrak kerja saja. Jadi kita mendapatkan kontrak kerja dan kita bisa mengangkut bahan-bahan dari ibu kota, dari kabupaten didrop ke ibu kota kecamatan atau pedesaan yang ada di pedalaman Papua itu, kata Beni.Ia menambahkan, subsidi dari pemerintah kepada swasta juga berbentuk bandara perintis bagi landasan maskapai penerbangan swasta tersebut. Selain itu, subsidi juga berbentuk kontrak perintis untuk mengangkut bahan-bahan kebutuhan pokok.Ya dalam artian, dukungan dalam segi kontrak kerja. Kontrak kerja memang ada perintis-perintis yang dikuasai oleh pemerintah daerah contohnya di Timika. Trigana punya kerjasama antara Trigana dengan Pemda Timika. Jadi kita diberi kontrak kerja untuk menerbangi rute-rute di sekitaran kabupaten Timika."