Penerapan Sistem Setoran Budaya Tak Tertib Berlalu Lintas

  • Oleh : an

Kamis, 01/Okt/2015 15:13 WIB


JAKARTA (BeritaTrans.com) -- Penerapan sistem setoran yang selama ini digunakan hampir sebagian besar pengelola angkutan umum menjadi salah satu penyebab budaya tidak tertib dalam berlalu-lintas. Budaya tidak tertib dilakoni oleh sopir angkutan umum yang dibebankan dengan nominal setoran yang cukup besar setiap harinya dan penumpang yang malas ke halte terdekat untuk naik angkutan umum. Fenomena ini terjadi salah satunya pada bus kopaja AC yang beroperasi di jalur transjakarta. Seperti dilansir kompas.com, Ketua Kopaja Nanang Basuki mengatakan, sistem pembayaran yang terintegrasi dengan transjakarta nantinya akan membuat sopir bus kopaja AC tidak bisa lagi berhenti sembarangan untuk menaikkan penumpang. "Kalau sudah bukan sistem setoran lagi, diganti sistem penggajian, terus penumpangnya cuma bisa pakai kartu, pembayaran secara elektronik, buat apa berhenti sembarangan lagi? Malahan kalau berhenti sembarangan, yang ada gajinya terancam dipotong," kata Nanang, Kamis (1/10/2015). Nanang tidak serta merta menyalahkan sopir maupun penumpang yang memilih untuk menunggu bus di pinggir jalan. Kebiasaan itu terjadi sejak zaman dulu hingga saat ini. Sopir angkutan umum yang lebih paham kondisi di lapangan mau tidak mau menjemput penumpang yang banyak menunggu di pinggir jalan. Tidak jarang juga sopir bus mengetem di tempat yang biasa jadi titik kumpul para penumpang, baik saat jam berangkat maupun jam pulang kerja. "Kalau dipaksain menunggu di halte, enggak ada penumpangnya. Kalau sistemnya sudah terintegrasi dengan transjakarta, penumpang mau enggak mau ke halte dulu, budaya tertib bisa didorong di sana," ujar Nanang. Sampai saat ini, proses untuk merealisasikan sistem pembayaran yang terintegrasi dengan transjakarta dan sistem rupiah per kilometer sudah 80 persen. Pihak Kopaja tengah menunggu pihak Dinas Perhubungan dan Transportasi DKI Jakarta yang masih merampungkan regulasi untuk sistem tersebut.(fenty)

Tags :