Peti Kemas Lipat Menghemat Biaya Logistik

  • Oleh :

Minggu, 22/Nov/2015 15:49 WIB


JAKARTA (BeritaTrans.com) Angkutan barang antar moda lebih efektif dan efisien jika dikemas dengan menggunakan peti kemas lipat. Demikian salah satu isi abstraksi naskah penelitian yang dibuat oleh Latama Rizky Rahmadhon dari Jurusan Teknik Perkapalan, Bidang Studi Transportasi Laut Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Jawa Timur. Hasil penelitian yang berjudul Optimalisasi Biaya Logistik dalam Imbalance Cargo Market dengan Peti Kemas Lipat itu berhasil meraih juara pertama Lomba Penelitian Transportasi Tingkat Nasional 2015 kategori SLTA/S1 yang diselenggarakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan pada 12 November 2015 di Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat. Latama Rizky Rahmadhon melakukan penelitian tentang penggunaan peti kemas lipat karena terinspirasi dari banyaknya pengiriman kargo antarpulau dengan kapal yang menggunakan peti kemas. Dia mengambil studi kasus pengiriman kargo dari Surabaya ke Ambon.Pengangkutan kargo dari Surabaya menuju Ambon selalu mengalami peningkatan setiap tahun. Namun jumlah komoditi yang diangkut dari Ambon menuju Surabaya sebanyak 5.324 TEUs per tahun atau sebesar 70% jika dibandingkan dengan jumlah komoditi dari Surabaya menuju Ambon yang mencapai 7.480 TEUs per tahun.Studi kasus seperti itulah yang kemudian menginspirasi Latama Rizky Rahmadhon untuk menawarkan inovasi memodifikasi peti kemas yang konstruksinya dapat dilipat. Ia melihat, selama ini terdapat ruang kosong yang tidak termanfaatkan ketika peti kemas dalam keadaan tanpa muatan. Dengan menggunakan peti kemas lipat dapat menambah space yang tersedia di atas kapal atau opportunity sejumlah 832 TEUs per tahun. Penggunaan peti kemas lipat juga diyakini dapat menghemat biaya penanganan peti kemas kosong baik di pelabuhan maupun ketika di atas kapal sebesar Rp1,7 miliar per tahun. Jumlah penghematan sebesar itu terdiri dari penghematan di proses trucking (22%), biaya TKBM (20%), kegiatan stevedoring (18%), lift on/lift off (17%), proses haulage (15%), dan biaya penumpukan (7%).Ia juga menyebutkan, berdasarkan pengalaman di beberapa negara, angkutan barang antarmoda menjadi lebih efektif dan efisien jika dikemas dalam bentuk peti kemas. Namun, penggunaan peti kemas juga masih memiliki kekurangan. Setelah digunakan untuk mengirim barang, peti kemas kosong itu harus dikembalikan ke titik awal pengiriman, sehingga menimbulkan biaya tambahan untuk reposisi peti kemas. Selain itu, terdapat opportunity loss ketika peti kemas dalam keadaan tanpa muatan karena terdapat ruang yang tidak termanfaatkan di dalam peti kemas tersebut. Permasalah seperti itu lah yang coba dicarikan solusinya oleh Latama Rizky Rahmadhon dengan menawarkan konsep penggunaan peti kemas yang dapat dilipat.Peti_Kemas_LipatLatama Rizky Rahmadhon menceritakan ada beberapa jenis peti kemas lipat yang saat ini telah digunakan di dunia. Cargoshell disebut peti kemas lipat pertama yang berbahan dasar komposit yang menerima sertifikasi Convention Safety Container (CSC) dari Germanischer Lloyd di Hamburg, Jerman. Kemudian ada juga peti kemas lipat Staxxon LLC yang berbasis di New Jersey yang juga telah menerima sertifikat CSC yang dikeluarkan oleh United States Coast Guard.Dalam kesimpulan hasil penelitiannya, diungkapkan bahwa ketika dilipat peti kemas lipat memiliki dimensi yang setara dengan peti kemas konvensional yang memiliki tinggi 8,6 feet. Kemudian dari jumlah peti kemas kosong sebanyak 1.110 TEUs, peti kemas lipat menjadi setara dengan 278 TEUs peti kemas kosong. Sehingga dapat menambah space tersedia di atas kapal atau opportunity sebanyak 666 TEUs per tahun, dengan catatan space yang tersedia dapat terserap sebesar 80%. (aliy)