Salut! Kadisnav Tanjung Priok Dampingi Tim Kerja Sampai Tuntas

  • Oleh :

Rabu, 02/Des/2015 21:56 WIB


CIREBON (BeritaTrans.com) - Acungan dua jempol tangan patut ditujukan kepada Kepala Distrik Navigasi (Kadisnav) Kelas I Tanjung Priok Jakarta Drs. Eko Hadi Rumekso, MBA. Semangat kerja dan perhatian kepada anak buahnya sangat luar biasa. Tak sedikitpun terlihat lelah terpancar dari raut wajahnya setelah seharian penuh mendampingi para laskar navigasi di Kapal Negara (KN) Karakata yang melakukan penandaan dan perawatan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) di sepanjang alur Pelabuhan Cirebon, Jawa Barat, Selasa (1/12/2015).Buoy_4Kedatangan orang nomor satu di Distrik Navigasi Tanjung Priok itu bukan untuk mengawasi cara kerja tim perambuan, tetapi justru untuk memompa semangat mereka agar tetap tegar mengabdi kepada negara."Biasanya bila berlayar sudah di atas sepuluh hari, kelelahan dan kejenuhan sering menghampiri mereka. Apalagi ditambah dengan beban pekerjaan yang sangat berat," kata Eko kepada beritatrans.com dan Tabloid BeritaTrans.Buoy_5Tim perambuan Disnav Tanjung Priok memang sudah bekerja maraton selama 13 hari di tengah laut. Dengan menggunakan KN Karakata yang telah berusia nyaris setengah abad itu mereka berjibaku sepanjang hari merawat dan mengganti SBNP di berbagai wilayah kerja Disnav Tanjung Priok, terutama yang berada di Selat Gaspar. Selama hampir dua pekan itu para laskar navigasi berjumlah 25 orang ditambah 4 orang teknisi SBNP di bawah komando Nahkoda kapal KN Karakata Capt. H. Dede Zaenal Aripin berkeliling di lautan merawat dan mengganti buoy-buoy dan alat rambu suar lainnya. Mereka mulai bergerak dari Teluk Jakarta, Perairan Panjang (Lampung), Perairan Pangkal Balam (Bangka), Perairan Tanjung Pandan (Belitung), Perairan Cirebon (Jawa Barat), dan kembali ke perairan Tanjung Priok, Jakarta. Pekerjaannya pun tidak ringan karena mereka berurusan dengan barang-barang yang beratnya masing-masing antara 3 ton untuk buoy hingga 5 ton untuk balas pemberat buoy. Betul-betul menguras tenaga!Buoy_6Hari itu pun, Selasa 1 Desember 2015 sejak pagi-pagi buta mereka sudah standby di atas KN Karakata untuk melakukan penandaan dan reposisi buoy-buoy yang ada di alur Pelabuhan Cirebon. Mereka sudah mendapat informasi bahwa pimpinannya akan datang dan ikut berlayar bersama mereka. "Perasaannya deg-degan bercampur senang didatangi oleh pimpinan," kata Dede.Buoy_7Deg-degan alias grogi karena takut hasil pekerjaannya tidak memuaskan. Sedangkan perasaan senang karena Kadisnav sangat peduli pada mereka, mau menemaninya bekerja di tengah laut dari pagi hingga malam hari."Kedatangan Pak Kadisnav tentu saja membangkitkan kembali semangat teman-teman yang sudah bekerja berat hampir dua minggu di tengah laut," kata Dede.Buoy_12Makan Nasi KotakSeolah mengerti kondisi tim perambuan yang telah berjibaku siang dan malam merawat dan memperbaiki SBNP, Eko pun langsung berbaur bersama mereka di atas geladak KN Karakata. Hanya sesekali saja dia tampak memberi instruksi, selebihnya dia justru banyak memberikan dorongan semangat. Bahkan ia tidak sungkan-sungkan makan nasi kotak bersama mereka, saat waktu istirahat tiba."Coba bayangkan, mereka bekerja keras dengan risiko kerja tinggi, tapi mereka tidak di-cover asuransi kecelakaan," kata Eko.Buoy_8Memang saat ini setiap mereka berlayar mendapat semacam uang tunjangan keselamatan. Itu pun nilainya tidak terlalu besar, yakni antara Rp5000 hingga Rp7000 per orang yang disesuaikan dengan jabatan mereka di atas kapal."Saya sedang berpikir bagaimana caranya agar mereka diasuransikan sehingga keselamatan kerjanya lebih terjamin," ujarnya.Buoy_9Tidak MudahEko menjelaskan, merawat dan mengganti SBNP tidak mudah. Apalagi dilakukan di tengah laut yang kondisi cuacanya sering berubah secara ekstrim. Bila sedang beruntung mereka bekerja pada saat cuaca cerah dan gelombang laut tenang seperti yang terjadi pada hari Selasa itu. Tetapi mereka pun tidak jarang harus bekerja di tengah cuaca buruk dan gelombang laut mengganas. Dan mereka tetap harus bekerja menyelesaikan tugasnya. Buoy_11"Karena keselamatan pelayaran sangat tergantung kepada SBNP. Kalau buoy atau rambu suar tidak berfungsi, apalagi di saat cuaca dan gelombang laut sedang memburuk, maka risiko kecelakaan kapal sangat tinggi. Jadi mereka harus menyelesaikan tugasnya meskipun sambil diombang-ambingkan oleh gelombang," tutur Eko.Dalam kondisi cuaca dan gelombang laut normal, tim perambuan bisa menyelesaikan perbaikan dan pemasangan kembali buoy antara 3 - 4 unit sehari. Tetapi bila cuaca dan gelombang laut memburuk, mampu menyelesaikan dua SBNP saja dalam sehari sudah sangat bagus.Buoy_10"Seringnya malah cuma bisa menyelesaikan satu buoy karena merekapun tetap harus memprioritaskan keselamatannya juga," kata Eko.Melihat dan memahami beratnya tugas dan tanggung jawab seperti yang mereka emban itu lah menjadikan mantan Kadisnav Makassar ini merasa apa yang dilakukakannya seharian penuh bersama mereka di atas kapal terasa ringan. Bahkan ia tampak menikmati betul kebersamaanya dengan para pejuang keselamatan pelayaran itu. Apalagi dia tahu, setelah menyelesaikan tugasnya di laut Cirebon, ke-39 laskar navigasi itu akan langsung bertolak ke perairan Tanjung Priok Jakarta untuk menjalankan misi yang sama. Buoy_13aSayup-sayup suara azan maghrib terdengar dari bibir pantai ketika tim perambuan menyelesaikan tugasnya hari itu dengan baik. KN Karakata yang telah berusia 42 tahun itu perlahan bertolak menuju dermaga Pelabuhan Cirebon, meninggalkan kilatan cerlang yang keluar dari lampu outer buoy, buoy 1, dan buoy 2 yang mulai menjalankan tugasnya menjaga keselamatan dan keamanan pelayaran. (aliy)