Tommy: Kita Jangan Sampai Menjadi Penonton Di Negeri Sendiri

  • Oleh : an

Kamis, 21/Janu/2016 10:28 WIB


SURABAYA (BeritaTrans.com) Kepala Badan Pengembangan SDM Perhubungan Wahju Satrio Utomo,SH, M.Si meminta tarun transportasi apapun matra dan prgram studi (prodi) yang diambil harus terus meningkatkan kemampuan dan kompetensi diri. Persaingan makin berat, dan tenaga kerja asing akan bebas masuk dan mengisi berbagai posisi di Tanah Air, kata Tommy kepada taruna ATKP Surabaya.Namun begitu, lanjut dia, pihaknya tidak terlalu risau jika semua pihak terutama dosen, instruktur dan taruna transportasi belajar dan bekerja dengan baik dan profesional. Seluruh sekolah transportasi khususnya matara udara dan laut sudah complay dengan syarat dan ketentuan internatona, baik IMO untuk transportasi aut ata ICAO untuk transportasi udara, jelas Tommy menjawab BeritaTrans.com di Surabaya, Rabu (20/1/2016).Yang perlu dilakukan sekarang, papar dia, terus belajar dan meningkatkan kemampuan teknis sesuai bidang tugas yang ditangani. Selain itu juga melengkapi diri dengan kemampuan non teknis atau soft skill competency sebagai pelengkap kemampuan teknis atau hard skill competency yang mereka pelajari di kampus.Soft skill competency yang harus dimiliki itu antara lain, kemampuan untuk mengelola hubungan dengan diri sendiri, mengelola hubungan dengan sesama personal di tempat kerja. Kemudian kemampuan mengelola hubungan dengan Tuhan yang maha esa, tandas Tommy.Jika kita mampu memadukan dua kemampuan itu hard skill competency dan soft skill competecy itu--, Tommy meyakini seluruh insan perhubungan termasuk taruna ATKP Surabaya ini akan sukses mengemban tugas dan siap ditempatkan dimana saja.Itulah tugas dan tanggung awab ita sekarang ini. Bagaimana mampu meningkatkana tata kelola diklat sekaligus meningkatkan kualitas sekolah yang ada di bawah BPSDM Perhubungan. Kita harus siap berpacu dengan waktu dan harus siap bersaing di era global, tandas Tommy.Mulai awal tahun 2016 ini, tambah mantan Staf Ahli Menhub itu, era pasar bebas ASEAN atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sudah dimulai. Kita tak bisa lagi melarang masuknya tenaga kerja asing ke pasar tenaga kerja di Indonesia. Memang peluang besar, tapi peminatnya juga besar dan mereka mempunyai kualifikasi dan kompetensi yang jelas, terang Tommy.Satu hal yang harus menjadi catatan kita bersama, urai Tommy, kita jangan sampai menjadi penonton di negeri sendiri. Sebaliknya, kita harus mampu merebut dan menguasai pangsa pasar di dalam negeri yang memang sangat besar ini. Justru tantangan bagi taruna transportasi perhubungan untuk membuktikan kita mampu, tegas dia.Tommy selamatKita Bisa Masuk KesanaWakil Ketua Umum Kamar Kadang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Ketenagakerjaan dan Hubungan Industrial Anton J Supit?, menampik jika berlakunya MEA membuat Indonesia kebanjiran tenaga kasar dari negara lain. Pasalnya, dalam MEA hanya 8 jenis pekerjaan yang masuk dalam pembahasan.Delapan jenis profesi itu antara lain akuntan, insinyur, tenaga survei, arsitek, keperawatan, dokter, dokter gigi dan tenaga pariwisata. "Kalau ada tenaga kasar yang masuk itu ilegal. Jadi yang berlaku, ketentuan imigrasi dan tenaga kerja," kata dia di Jakarta, Rabu.Oleh karenanya, Kadin mengimbau supaya tidak fobia menyikapi MEA ini. Sebab, pergerakan arus barang yang hampir seluruhnya bebas hingga saat ini belum menemui masalah? berarti. "Jadi kita jangan terlalu fobia terhadap masalah MEA dan menyalahkan ASEAN. Karena MEA barang sudah hampir selesai Desember 2015 hampir 100 perse?n," jelasnya.Dengan berlakunya MEA, lanjut dia, bukan hanya tenaga kerja asing masuk ke Indonesia melainkan tenaga kerja domestik juga bisa pergi negara lain ASEAN. Ini menjadi kesempatan bagi tenaga kerja Indonesia karena akan lebih kompetitif serta mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi. "Jangan ketakutan, menyerbu ke sini. Sebab, kita pun bisa ke sana," tegas Anton Supit.(helmi/lipt)