Sejak Diresmikan Jokowi, Baru Sekali Kapal Angkut Sapi

  • Oleh :

Jum'at, 22/Janu/2016 18:33 WIB


KUPANG (BeritaTrans.com) - Kapal ternak yang disiapkan Presiden Joko Widodo sudah dua kali pulang tanpa ternak. Kapal ini khusus disiapkan Jokowi untuk mengangkut sapi dari Nusa Tenggara Timur guna memenuhi kebutuhan daging nasional, terutama JakartaFakta itu ditemukan tim Bincang-bincang Agribisnis (BBA) yang mensurvei penjualan sapi dari NTT ke Pulau Jawa. "Kapal ternak baru sekali mengangkut sapi dari NTT, yakni pada 11 September 2015," kata Direktur BBA Yeka Hendra Fatika, seperti dikutip tempo.Seharusnya, menurut Yeka, hingga kini kapal ini sudah tiga kali mengangkut sapi ke Pulau Jawa. Akibat tidak mengangkut sapi, negara merugi sekitar Rp 1 miliar, terdiri atas biaya bahan bakar sekitar Rp 500 juta dan operasional anak buah kapal.Dalam pemaparan materi bincang-bincang di Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana, Yeka menuturkan kapal tersebut hingga kini belum bersandar di Pelabuhan Tenau, Kupang, dan hanya parkir di tengah lautan untuk menghindari biaya parkir di pelabuhan.Kapal pulang dengan tangan kosong ke Jakarta karena ada beberapa alasan, di antaranya peternak enggan menjual sapinya karena dibeli dengan harga rendah dan kuota sapi yang terbatas. "Harga sapi hidup dibeli pemerintah Rp 35 ribu per kilogram," ujarnya, Selasa, 19 Januari 2016.Harga tersebut, ucap Yeka, terlalu rendah, sehingga peternak dan pengusaha mengalami kerugian. Idealnya, kata Yeka, harga daging sapi hidup per kilogram sebesar Rp 41 ribu. "Harga jual di Kupang saja mencapai Rp 90 ribu per kg," katanya.Pengusaha sapi, Daniel Ong, menuturkan, selain masalah harga, kapal ternak pulang tanpa hasil ke Jakarta karena belum dibukanya kuota dari pemerintah, sehingga peternak dan pengusaha belum menjual sapi. "Kami sulit mendapat izin dari Kementerian Peternakan untuk angkut sapi ke Jakarta," ujarnya.Saat ini kapal ternak KM Camara Nusantara masih berada di perairan NTT untuk mengangkut sapi ke Jakarta guna memenuhi kebutuhan daging nasional. Namun hampir dipastikan kapal ternak akan pulang dengan tangan kosong ke Jakarta karena dua persoalan tersebut.PELNIManajemen PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) yang menangani operasional kapal sapi Jokowi itu tak mau dianggap sebagai biang persoalan. Menurut direktur utamanya, Elfien Guntoro, kapal bergerak sesuai hasil koordinasi antara Kementerian Pertanian dan Kementerian Perhubungan. Kami tinggal mengikuti arahan yang punya muatan (Kementerian Pertanian) dan pemberi subsidi menjalankan kapal (Kementerian Perhubungan), ucapnya, Kamis, 21 Januari 2016.Elfian menuturkan, agar kesalahan tak terjadi lagi tiga pihak bertemu untuk melakukan evaluasi tentang operasional kapal pada Kamis malam lalu, yakni Pelni, Kementan, serta Kemenhub.Adapun soal mengapa kapal kosong, menurut Elfian, itu akibat tak ada kecocokan harga antara pemerintah dan peternak di Nusa Tenggara Timur. Peternak ingin sapi dibeli sesuai dengan harga di Jawa, sedangkan Kementan tak punya cukup uang untuk membeli sesuai harga di Jawa.DHARMA JAYANamun, Direktur Utama PD Dharma Jaya Marina Ratna D. Damarjati punya temuan lain. Menurut dia, Perusahaan Daerah DKI Jakarta itu tak diberi kesempatan mengangkut sapi dari Nusa Tenggara Timur. Padahal, Dharma Jaya siap mengapalkan 500 ekor sapi. Di sisi lain, kebutuhan untuk 159 pasar resmi di bawah DKI Jakarta adalah 650 ekor per hari. Kapal kosong karena tak melibatkan Dharma Jaya, katanya kepada Tempo.Data Kementerian Perdagangan menunjukkan, stok sapi siap dijual di Nusa Tenggara Timur cukup. "Saat ini NTT mempunyai stok sapi yang diperdagangkan sejumlah 55.250 ekor," kata Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Srie Agustina, Kamis, 21 Januari 2016.Namun, di Nusa Tenggara Timur tak ada penetapan daerah lokasi penjualan sapi sehingga pemerintah daerah tak bisa memaksa penjual berdagang ke daerah penjualan itu. "Semua diserahkan mekanisme pasar dengan penawaran harga tertinggi," ucapnya.Ia menuturkan, harga beli dari DKI Jakarta dan Jawa Barat Rp 37-38 ribu per kilogram berat hidup. Sedangkan pedagang Kalimantan, yang selama ini menjadi tujuan utama penjualan sapi dari Nusa Tenggara Timur, berani Rp 41 ribu per kilogram. "Informasi lapangan, peternak NTT hanya mau menjual bila harganya sama dengan untuk Kalimantan."Kementan mengakui kelemahan dalam pengadaan sapi di Nusa Tenggara Timur sehingga kapal kosong. Infrastruktur pengumpulan ternak memang belum memadai, kata Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan Fini Murfiani kepada Tempo, Selasa, 19 Januari 2016. (ani).

Tags :