YLKI: Percepat Penarapan Kebijakan ERP di Kota Jakarta

  • Oleh : an

Minggu, 10/Apr/2016 11:37 WIB


JAKARTA (BeritaTrans.com) Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mendesak Pemerintah Porvinsi (Pemprov) DKI Jakarta segera mengatasi kemacetan lalu lintas yang makin para di Ibukota Jakarta. Tapi, kebijakan itu harus adil, berwawasan ke depan dan tidak kontraproduktif.Yang mendesak untuk mengatasi kemacetan di Jakarta adalah memberikan dis-insentif bagi pengguna kendaraan pribadi, misalnya mempercepat implementasi jalan berbayar (ERP, Electronic Road Pricing), kata Ketua YLKI Tulus Abdi kepada BeritaTrans.com di Jakarta, Minggu (10/4/2016). Dikatakan, sedangkan membangun simpang susun justru memberikan insentif bagi pengguna kendaraan pribadi, agar semakin nyaman menggunakan kendaraannya. Implikasinya, apalagi kalau bukan kemacetan! Jadi alasan membangun simpang susun Semanggi, Jakarta Selatan untuk mengatasi kemacetan, adalah alasan dan paradigma yang sesat pikir, kritik Tulus Abadi. Bangun Angkutan Umum MassalNamun begitu, papar YLKI, pemberian disinsentif bagi pengguna kendaraan pribadi, akan optimal dan adil jika dibarengi dengan fasilitas transportasi umum (massal) yang manusiawi, terintegrasi, dan tarifnya terjangkau. Diakui atau tidak, menurut Tulus, maraknya penggunaan kendaraan pribadi yang berujung pada kemacetan luar biasa di Jakarta karena buruknya layanan angkutan umum. Bukan hanya itu, angkutan umum di Jakarta kondisinya sangat parah, bahkan tidak sedikit yang gulung tikar, sebut dia.Dalam kondisi tersebut, tambah dia, akhirnya masyarakat berallih menggunakan kendaraan pribadi bahkan sepeda motor untuk beraktivitas di Jakarta. Kondisi dan pelayanan angkutan umum di Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia sangat buruk bahkan bangkrut. Tapi, mobilitas warga menigkat termasuk yang menggunakan kendaraan pribadi. Akibatnya pasti, kemacetan main parah, tandas Tulus.Jika ingin mengurangi kemacetan di Jakarta dan kota lain di Indonesia, saran YLKI adalah dengan membangun angkutan umum massal seperti kereta api, bus rapit transit (BRT) dan lainnya. Selama angkutan umum amsih buruk, akan sulit menekan penggunaan kendaraan pribadi. Jika itu yang terjadi, maka kemacetan makin luar biasa, tegas Tulus.(helmi)