Sosialisasi Bisnis Perawatan Pesawat Perlu Lebih Intensif

  • Oleh : Naomy

Rabu, 20/Apr/2016 08:28 WIB


JAKARTA (beritatrans.com) - Pengenalan dan sosialisasi terhadap bisnis perawatan pesawat terbang perlu dilakukan lebih intensif. Hal itu agar semakin banyak yang mengenal potensi bisnisnya."Semakin banyak elemen di dalam negeri yang menggarap peluang usaha ini, dampak positifnya dari aspek ekonomi akan lebih terasa," ujar Direktu Utama PT GMF AeroAsia Richard Budihadianto, dalam peluncuran buku yang berjudul "Bisnis MRO Harapan Baru Perekonomian Indonesia", Selasa malam (19/4/2016).Indonesia menurut Richard, sebenarnya sudah mengenal aktivitas perawatan pesawat sejak pertengahan 1940-an atau pada masa perang kemerdekaan. Industri ini semakin mendapatkan perhatian pemerintah pada era 1970an seiring pertumbuhan industri penerbangan nasional. "Sejalan dengan peningkatan jumlah pesawat yang beroperasi di dalam negeri, kebutuhan terhadap layanan perawatan pesawat terus meningkat," ungkap Richard.Dalam 10-20 tahun kedepan, lanjut dia, Indonesia semakin membutuhkan layanan perawatan pesawat. Mengingat industri penerbangan juga terus mengalami pertumbuhan positif. Buku yang ditulis sendiri oleh Richard, terdiri dari enam bagian dan merupakan buku pertama tentang bisnis perawatan pesawat terbang di Indonesia. Sebagai karya tulis yang diproyeksikan untuk pembaca umum, buku ini tidak membahas teknis perawatan pesawat secara detail, namun fokus pada potensi bisnis industri perbengkelan pesawat terbang di masa depan."Buku ini tidak hanya difokuskan pada satu tema, tapi berbagai tema yang berkaitan langsung dengan industri MRO seperti ketersediaan sumber daya manusia (SDM), lembaga pendidikan teknisi pesawat, sertifikasi personel perusahaan MRO, sampai kebijakan pemerintah dalam pengembangan industri MRO," ungkap Richard.B.J. Habibie dalam kata pengantar buku menulis, kunci utama membangun industri MRO yang tangguh adalah SDM yang tangguh. "Kita harus memiliki SDM berkualitas yang dikembangkan melalui dunia pendidikan dan budaya kerja." katanya.(omy)