Husmiadi, Putra Pengemudi Truk Asal Aceh Yang Sukses Menjadi Perwira Pelaut

  • Oleh : an

Rabu, 20/Jul/2016 15:33 WIB


JAKARTA (Beritatrans.com) Husmiadi adalah salah satu perwira pelayaran lulusan Balai Besar Pendidikan, Penyegaran dan Peningkatan Ilmu Pelayaran (BP3IP) Jakarta yang ikut wisuda dan pelepasan kembali ke tempat tugas, Rabu (20/7/2016). Putra Aceh, kelahiran Lhoksumawe itu terpilih menjadi salah satu petugas upacara, yaitu Pembaca Ikrar Pelaut memimpin 564 perwira pelaut koleganya.Wisuda dipimpin langsung oleh Kepala BPSDM Perhubungan Wahju Satrio Utomo, SH, M,Si didampingi Direktur BP3IP Jakarta, Capt. Mulder Mustafa, SE, M.Mar serta tamu undangan termasuk Direktur Perkapalan dan Kepelautan Ir Sugeng Wibowo yang mewakili Dirjen Perhubungan Laut A.Tonny Budiono.Husmiadi adalah sosok perwira pelaut sukses yang berasal dari keluarga kebanyakan. Ayahnya seorang pengemudi truk jurusan Banda Aceh-Medan yang beroperasi termasuk saat konflik GAM di Aceh dulu. Dan ibunya seorang ibu rumah tangga, yang senantiasa mendidik dan membesarkan anak-anaknya menjadi kuat dan mandiri.Tapi semua itu tak menyurutkan niatnya untuk terus belajar dan maju sampai sekarang bisa menyelesaikan pendidikan diklat pelaut (DP) tingkat II dari bidang keahlian Nautika atau ANT II. Setelah lulus ANT-III dari AMI Medan tahun 2006, Husmiadi pun terus berlayar. Sebelum akhirnya masuk sebagai pegawai negeri sipil (PNS) di Kementerian Perhubungan.Sekitar tahun 2009 akhir, ia mendaftar PNS di Syahbandar Belawan Medan. Kemudian ditempatkan sebagai staf KPLP di daerah Nias, Sumatera Utara, dan dipindah lagi ke Pelabuhan Gunung Sitoli, masih di kawasan Nias.Setelah dari Gunung Sitoli, akhirnya ia pindah ke BP2IP Malahayati, Aceh Besar, sebagai instruktur. Saat itu, ada imbauan agar putra daerah kembali ke Aceh, dan saya ikut program tersebut. Berbagai mata kuliah sempat diberikan kepada para taruna, kata Husmiadi, dalam perbincangan dengan Beritatrans.com di Jakarta, Rabu (20/7/2016).Dengan tekad keras untuk maju serta izin Kepala BP2IP Malahayati Aceh saat itu, Capt. Wisnu Handoko, saya diizinkan untuk sekolah lagi mengambil ANT-II. Saya pun berangkat ke Jakarta untuk belajar. Kini saya menyelesaikan sekolah saat BP2IP Malahayati dipimpin oleh H.Hartanto,MT, M.Mar.E. Kepada beliau berdua, saya sampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya. Atas perkenan beliau, saya bisa menyelesaikan DP-II ini, tukas Husmiadi.Dengan perjuangan keras bahkan dengan biaya sendiri, papar Husmiadi, berangkat ke BP3IP Jakarta. Dengan tekad untuk belajar dan harus sukses mengambil DP-II bidang keahlian Nautika. Perjuangan memang berat, apalagi saya belajar dengan biaya sendiri. Saya juga harus membiayai hidup bersama keluarga dari kantong sendiri, aku dosen Kenautikaan BP2IP Malahayati Aceh Besar itu.Husmiadi dan ibunyaBelajar Sambil BekerjaUntuk mencukup hidup dan kebutuhan kuliah di Jakarta, menurut Husmiadi, dia bersama keluarga dengan satu istri dan dua anak-anak yang masih kecil, harus ekstra hemat. Hidup apa adanya, karena tekad saya harus selesai kuliah mengambil ANT-II. Selain hidup hemat apa adanya, harus bekerja untuk mencari tambahan penghasilan. Saya sambil mengajar di BP3IP Jakarta. Syukur alhamdulillah, pimpinan mengizinkan dan Direktur BP3IP Jakarta berkenan menerima saya untuk ikut mengajar siswa pelaut. Lumayan, beban hidup pun sedikit bisa berkurang karena ada pendapatan meski tak seberapa, papar Husmiadi.Namun begitu menurut Husmiadi, hidup susah dan perjuangan keras sudah biasa dilakukan sejak kecil ikut orang tua. Saat harus menanggung hidup dengan biaya sendiri di Jakarta pun bisa dilalui dengan baik. Belajar saya di BP3IP Jakarta mengambil ANT-II bisa terwujud sampai selesai, kilah Husmiadi.Diakui Husmiadi, kata orang hidup ini perjuangan. Dan saya sudah membuktikan, untuk hidup di Jakarta bersama keluarga dan sambil belajar cukup dengan biaya sendiri. Saya harus mengambil hikmahnya, belajar dan hidup di Jakarta butuh perjuangan keras. Tapi justru dari sana, saya bisa mengambil hikmahnya, papar Husmiadi.Dia menambahkan, perjuangan keras inilah yang kelak akan saya tularkan kepada para taruna saya di Kampus BP2IP Malahayati. Hidup ini tak boleh cengeng, dan semua butuh perjuangan.Setelah ijazah keluar, saya segera kembali ke Kampus BP2IP Malahayati, kembali ke habitat semula sebagai instruktur dan mengajar para taruna, tukas Husmiadi.Belajar dan hidup untuk menggapai suskes butuh perjuangan. Disana senantiasa ada onak dan duri yang harus dihadapi dan diselesaikan dengan baik. Tapi, itulah romantika kehidupan di dunia ini. Tapi jika diresapi lebih dalam, disitulah indahnya hidup dan perjuangan itu, tegas Husmiadi.(helmi)