Dituding Pernah Jadi PSK, Melania Trump Tuntut Media Rp1,98 Triliun

  • Oleh :

Jum'at, 02/Sep/2016 14:35 WIB


LONDON (BeritaTrans.com) - Istri Donald Trump, Melania Trump, menuntut sebuah surat kabar Inggris dan seorang bloger Amerika Serikat senilai US$150 juta atau Rp1,98 triliun karena kedua pihak itu menuduh dia pernah menjadi pekerja seks komersial (PSK) pada era 1990-an.Surat kabar the Daily Mail menyebut Melania sempat bekerja sebagai seorang pendamping atau escort secara paruh waktu di New York. Pada periode itu, dia bertemu Donald Trump yang lalu menikahinya. Menurut laporan the Daily Mail, keduanya bertemu lebih awal dari yang semula dibeberkan ke publik.Belakangan, the Daily Mail dan bloger bernama Webster Tarpley mencabut artikel tersebut.Terlapor membuat sejumlah pernyataan tentang Nyonya Trump yang 100% salah dan luar biasa merusak reputasi pribadi dan profesionalnya. Tindakan terlpaor begitu mengerikan, jahat, dan mencederai Nyonya Trump sehingga kerusakannya diperkirakan US$150 juta, kata Charles Harder, pengacara Melania.Tuntutan itu kemudian diajukan ke Pengadilan Distrik Montgomery di Negara Bagian Maryland, AS.Melania Trump, 46, lahir di Slovenia dan hijrah ke Amerika Serikat sebagai model pada era 1990-an. Dia menikah dengan Trump pada 2005.Webster Tarpley menyebut dalam blognya bahwa Melania Trump khawatir masa lalunya diketahui masyarakat.Dalam artikel the Daily Mail, agensi model tempat Melania bekerja juga berfungsi sebagai makelar untuk memperkerjakan perempuan-perempuan sebagai pendamping.Surat kabar itu juga mengutip seorang wartawan Slovenia bernama Bojan Pozar yang mengklaim bahwa Melania Trump telah berpose telanjang di New York pada 1995 dan menuding dia dan Trump bertemu tahun itu, tiga tahun sebelum mereka dilaporkan bertemu untuk pertama kali pada 1998.Pengacara Melania mengatakan perempuan itu pindah ke AS pada 1996.The Daily Mail berkeras tidak mengindikasikan bahwa benar Melania Trump pernah menjadi PSK. Yang dilaporkan, menurut surat kabar itu, laporan tersebut, kalaupun salah, bisa mempengaruhi kampanye Donald Trump menuju Gedung Putih. (bbc.com).

Tags :