Oleh : an
JAKARTA (Beritatrans.com) Badan Pengembangan SDM Perhubungan komitmen untuk segera meningkatkan kualitas pilot atau penerbang lulusan sekolah-sekolah di Indonesia. Saat ini, BPSDM Perhubungan mempunyai dua sekolah yang menerima siswa penerbang, masing-masing STPI Curug, Banten dan BPPP Banyuwangi, Jawa Timur.Pilot lulusan Indonesia akan terus ditingkatkan kemampuan dan ketrampilannya, sehingga setara dengan pilot lulusan luarnegeri Selanjutnya mereka mampu bersaingan di tataran global, kata Kepala BPSDM Perhubungan Dr. Wahju Satrio Utomo,SH, M,Si di Jakarta, Jumat (16/9/2016).Selama ini, banyak kritik dan keluhan mengenai tingginya pilot lulusan sekolah penerbangan dalam negeri yang menganggur atau belum terbang komersial di beberapa maskapai penerbangan nasional. Disebut-sebut, saat ini ada sekitar 650 pilot dengan kualifikasi commercial pilot lisence (CPL).Selama ini, maskapai nasional membutuhkan pilot muda dengan jam terbang minimal 250 jam. Sementara, jam terbang pilot Indonesia rata-rata dibawah 200 jam terbang. Akibatnya, mereka banyak ditolak pihak maskapai nasional karena kurang memenuhi syarat. Itu baru dari sisi jumlah jam terbang, dan masih ada syarat lain yang dibutuhkan.Kita ikut prihatin jika informasi itu benar. Tapi ke depan akan terus disempurnakan. Jam terbang mencapai 200 jam bahkan lebih untuk dilantik menjadi pilot. Mereka juga harus mempunyai kualifikasi yang memenuhi standard pilot yang dibutuhkan maskapai penerbangan komersial berjadwal, papar Tommy, sapaan akrab dia.Melalui kerja sama dengan ENAC Perancis, menurut Tommy, pihaknya berusaha memperbaiki standard dan kualitas pilot lulusan dalam negeri khususnya STPI Curug. Kita akan mendatangkan instruktur ENAC dengan standard EASA untuk mengajar di Indonesia. Dengan begitu, kualitas diklat penerbang di Indonesia makin baik sesuai standard EASA, papar Tommy.Ingin Pesawat Berbadan LebarYang sering terjadi di Indonesia, menurut Tommy, banyak pilot muda Indonesia tidak mau terbang dengan pesawat-pesawat kecil yang melayani penerbangan ke daerah terpencil. Akibanya, banyak pilot lokal menganggur. Sementara, pilot asing yang masuk dan kerja di Indonesia makin banyak. Ironis, tapi benar terjadi di Indonesia, aku mantan Staf Ahli Menhub Bidang Hukum dan Reformasi Birokrasi itu.Mereka maunya terbang dengan pesawat beradan lebar seperti Boeing atau Airbuss. Kalau semua maunya begitu, jelas akan sulit mereka bersaing dengan pilot profesional, kilah Tommy.Dia menambahkan, sebaiknya pilot-pilot muda mau terbang dengan pesawat-pesawat kecil di daerah terpencil sekalipun. Sambil jalan, mereka mengambil rating sesuai keinginan mereka. Biaya mengambil rating yang mencapai Rp400 juta lebih bisa dibayar dengan penghasilan mereka sendiri, papar Tommy.Jika cara tersebut dilakukan pilot muda Indonesia, tambah Tommy, maka pilot muda lulusan dalam negeri akan terserap dunia kerja. Sambil berjalan, mereka bisa mengambil rating dengan biaya tidak terlalau memberatkan. Jika sudah mempunyai rating tertentu, mereka akan mempunyai nila tawar lebih dan bisa terbang sesuai kemauan mereka. Dan tentunya gaji dan kesejahteraan mereka juyga lebih baik, tegas Tommy.(helmi)