Pembangunan Jalan Di Daerah Tangsel Terkendala Pembebasan Lahan

  • Oleh : an

Rabu, 12/Okt/2016 17:43 WIB


TANGSEL (Beritatrans.com) - Percepatan pembangunan jalan di daerah Tagerang Selatan (Tangsel), Provinsi Banten mendesak dilakukan untuk mengatasi kemacetan yang kerap terjadi di banyak titik karena ruas jalan yang sempit.Tapi pemerintah setempat mengaku menghadapi kendala terutama terkait pembebasan lahan.Kepala Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota Tangsel Retno Prawati, Selasa (11/10/2016), mencontohkan pembangunan Jalan Siliwangi sepanjang 10,1 kilometer yang masih belum selesai di beberapa titik. Jalan itu merupakan jalan provinsi yang dikerjakan Pemerintah Provinsi Banten.Tampak ada beberapa titik yang belum dapat digarap karena lahannya belum dibebaskan, misalnya di dekat Situ Tujuh Muara (Situ Ciledug). Peralihan jalan beton ke jalan yang rusak sangat mengganggu para pengguna jalan dan membahayakan. Hal ini menimbulkan kemacetan terutama di pagi hari.Namun, pihak Pemkot Tangsel tidak dapat mempercepat pembangunan tersebut. "Yang dapat kami lakukan sebatas mendorong pemerintah provinsi. Sebab, kalau kami yang tangani bisa melanggar aturan," ujarnya.Selain proyek tersebut, rencana pembangunan jalan layang Gaplek juga masih belum terealisasi karena masih ada tujuh warga yang belum melepas tanahnya. "Sekarang statusnya menunggu putusan Mahkamah Agung," ujar Retno.Ia menuturkan, sulitnya persoalan pembebasan lahan terjadi di setiap proyek. Harga tanah di Tangsel sudah melambung tinggi. Karena itu, warga sulit melepas lahannya. Pembangunan Jalan Ciater Raya saja membutuhkan waktu hingga empat tahun.Selain itu, banyak jalan lingkungan yang rusak, tetapi statusnya bukan merupakan jalan lingkungan yang berada di bawah wewenang Pemkot Tangsel, tetapi masih dikelola pengembang."Kalau kasusnya seperti ini, misalnya perumahan sudah ditinggal oleh pengembangnya dan tidak ada yang bertanggung jawab, warga dapat mengajukan pengalihan status jalan," kata Retno seperti dikutip laman kompas.com.Pengajar Program Studi Perencanaan Kota Universitas Terbuka, Bambang Deliyani, mengatakan, Kota Tangsel yang sudah dipadati permukiman memang cenderung lebih sulit untuk ditata. Pusat Kota Tangsel yang seharusnya Ciputat kini cenderung semrawut."Untuk itu, harus dilakukan pendekatan khusus, yaitu dengan menciptakan sebuah pusat aktivitas di suatu daerah yang secara bertahap akan memengaruhi lingkungan sekitarnya. Saat ini sudah dimulai pembangunan pusat pemerintahan, tetapi belum terlihat perkembangannya ke sekitarnya," katanya.Mau tidak mau, lanjutnya, Pemkot Tangsel memang harus membebaskan lahan milik warga untuk dapat menata kota, termasuk membangun ruang-ruang publik yang selama ini masih terbatas. Tanpa itu, kota tidak akan dapat tertata dengan baik.(helmi/trib)