Bunuh Diri Di Gunungkidul Berkaitan Mitos Pulung Gantung

  • Oleh :

Selasa, 03/Janu/2017 16:34 WIB


GUNUNGKIDUL (BeritaTrans.com) - Masyarakat Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), masih mempercayai adanya Pulung Gantung. Pulung gantung selalu berkaitan dengan peristiwa bunuh diri yang terjadi di masyarakat Gunungkidul.Kasus bunuh diri di wilayah tersebut cenderung mengalami peningkatan. Selama lebih kurang 10 tahun terakhir ini mulai tahun 2003-2012 ada sekitar 330 peristiwa bunuh diri. Rata-rata terjadi 33 kasus bunuh diri setiap tahun."Tindakan bunuh diri di Gunungkidul merupakan tragedi kemanusiaan. Penyebabnya masih menjadi sebuah misteri," papar I Wayan Suwena saat ujian terbuka program doktor di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Gadjah Mada (UGM) di Bulaksumur, Yogyakarta, Selasa (19/7/2016).Menurut Suwena, seringkali tindakan bunuh diri dikaitkan dengan hal-hal bersifat mistis yaitu mitos pulung gantung.Pulung gantung digambarkan seperti sebuah bola api berpijar warna merah, kekuningan dan mempunyai ekor. Pulung gantung bergerak di atas langit dan berpindah-pindah dari satu daerah ke daerah yang lain. Tempat pulung gantung jatuh itu dipercayai oleh masyarakat di tempat itu akan ada warga yang meninggal dengan cara bunuh diri.Suwena mengatakan maraknya kasus bunuh diri sebagai akibat pelaku bunuh diri terkena atau kejatuhan pulung gantung. Adanya mitos pulung gantung ini melegitimasi tindakan bunuh diri masyarakat Gunungkidul."Masyarakat percaya adanya pulung gantung sehingga bunuh diri dapat ditempatkan sebagai fakta simbolik," kata dosen Universitas Udayana Bali itu.Suwena memaparkan fenomena pulung gantung ini diketahui bahwa bunuh diri di Gunungkidul merupakan suatu tindakan simbolik dari proses komunikasi. Pelaku bunuh diri sebenarnya ingin menjalin komunikasi dengan orang lain untuk memecahkan permasalahan hidup yang tengah dihadapi. Namun demikian, pelaku tidak mampu mengakses media untuk menyampaikan maksudnya tersebut."Orang-orang yang mengalami kegagalan berkomunikasi tersebut melakukan kegagalan, kesalahan, kekeliruan, maupun kesesatan pula saat melakukan signifikasi pada pulung gantung," katanya seperti dikutip detik.com.Menurutnya pulung gantung semestinya dimaknai sebagai gejala alam biasa. Namun masyarakat memaknai sebagai pertanda atau isyarat kejadian bunuh diri dengan cara menggantung diri."Penceritaan pulung gantung dan pelaksanaan serangkaian ritual pasca kejadian bunuh diri menjustifikasi bahwa tindakan bunuh itu sebagai suatu proses kematian yang alami dan dianggap wajar," katanya.Guna mengantisipasi merebaknya kejadian bunuh diri lanjut dia, perlu diupayakan menciptakan kerukunan dalam berkomunikasi, baik dalam kehidupan berkeluarga maupun bermasyarakat. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara memperkaya atau memproduksi sebanyak mungkin media yang dapat digunakan untuk mengadakan komunikasi."Penggunaan media komunikasi secara intensif diharapkan dapat menyembuhkan kegagalan, kesalahan, maupun kesesatan dalam memaknai pulung gantung yang sesungguhnya sebagai tanda alam," katanya.Melalui langkah tersebut masyarakat tidak terlalu menanggap serius apabila melihat penampakan pulung gantung. Dengan begitu, upaya melakukan bunuh diri bisa berkurang."Pemerintah setempat bisa mengantisipasi kejadian bunuh diri. Salah satunya dengan cara sosialisasi langsung, pembagian modul serta pedoman deteksi dini dan pendampingan kelompok yang berisiko tinggi melakukan bunuh diri," pungkas dia.

Tags :