Ekspansi Bisnis Luar Biasa PT Angkasa Pura II, Kelola 4 Bandara Lagi

  • Oleh :

Minggu, 24/Sep/2017 18:26 WIB


BEKASI (BeritaTrans.com) - Aksi bisnis PT Angkasa Pura II terbilang atraktif dan ekspansif. Tidak hanya mengembangkan 13 bandara yang eksisting dikelola, tetapi juga membangun potensi bisnis di koridor lain.Saat ini, BUMN tersebut mengelola 13 bandara yakni Soekarno-Hatta (Jakarta), Halim Perdanakusuma (Jakarta), Kualanamu (Medan), Supadio (Pontianak), Minangkabau (Padang), Sultan Mahmud Badaruddin II (Palembang), Sultan Syarif Kasim II (Pekanbaru), Husein Sastranegara (Bandung), Sultan Iskandarmuda (Banda Aceh), Raja Haji Fisabilillah (Tanjungpinang), Sultan Thaha (Jambi), Depati Amir (Pangkal Pinang) dan Silangit (Tapanuli Utara).Tidak cukup mengelola 13 bandara, radar bisnis BUMN tersebut sangat tajam sehingga membangun potensi menambah area bandara yang dikelola.

Setidaknya ada empat bandara yang akan bergabung menjadi kelolaan PT Angkasa Pura II. Bandara itu: Bandara Blimbingsari di Banyuwangi, Jawa Timur, Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB), Kertajati, Majalengka, Jawa Barat, bandara Jenderal Besar Soedirman, Purbalingga, Jawa Tengah, dan Bandara Hanandjoeddin, Belitung, Bangka Belitung.
Bandara Blimbingsari diserahkan pengelolaannya dari Kementerian Perhubungan ke PT Angkasa Pura II mulai Oktober 2017. "Semua teknis penyerahan aset dan kerja sama harus selesai Oktober. November kami sudah harus memulai pekerjaan perluasan apron. Ini sudah dirapatkan oleh Menko Maritim Pak Luhut, Menhub, dan Menteri BUMN," ujar Direktur Utama PT Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin. BIJBPerusahaan negara ini juga resmi mengambil bagian dalam proyek pembangunan dan pengelolaan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB), dengan membentuk joint venture.Karenanya, PT Angkasa Pura II juga perlu menanamkan modal untuk membangun Bandara tersebut. "Sahamnya 51:49 persen, yang 49 persen untuk AP II," ujar Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, Selasa (1/8/2017).BANDARA PURBALINGGAMenteri Perhubungan Budi Karya Sumadi memastikan PT Angkasa Pura II mengelola Bandara Jenderal Besar Soedirman Purbalingga, Jawa Tengah, yang akan beroperasi paling lambat akhir 2018. Sedangkan Bupati Purbalingga Tasdi mengemukakan Tim Percepatan pembangunan Bandara Jenderal Soedirman terus berkoordinasi, dan rapat dengan pemerintah pusat terdiri dari Kemenhub, Kementerian BUMN, Mabes TNI dan PT Angkasa Pura II selaku calon operator bandara.Berdasarkan rapat koordinasi dengan tim percepatan pembangunan bandara, diharapkan DED (detail enginering desaign) bisa rampung pada Oktober 2017 depan. Begitu DED selesai, PT Angkasa Pura II langsung mulai melakukan pembangunannya. Paling tidak Desember 2017 sudah mulai pembangunan fisik bandara, ujarnya.BANDARA HANANDJOEDDINPemerintah melalui Kementerian Perhubungan bekerjasama dengan PT Angkasa Pura II untuk menjadikan Bandara Hanandjoeddin sebagai bandara internasional."Belitung sudah disiapkan tapi status kepemilikannya bandara UPT Kemenhub, mudah-mudahan nanti proses segera ditetapkan, setelah ditetapkan sesuai Peraturan menteri keuangan UPT Kemenhub yang sudah status sudah bisa bekerjasama dengan BUMN, BUMD, tentu prioritas ke BUMN, dalam hal ini AP II. Kami sudah siap jadi koordinasi dan sudah di lead oleh Dirjen Perhubungan Udara, di supervisi oleh Menhub," kata Direktur Utama PT Angkasa Pura II, Muhammad Awaluddin, Rabu (7/6/2017).Dia mengungkapkan PT Angkasa Pura II telah menyiapkan dana sekitar Rp300 miliar untuk mengembangkan Bandara Hanandjoeddin sebagai bandara internasional.Dari dana tersebut, akan dilakukan pengembangan pada terminal, avron, dan juga taxi way. Dana investasi Rp 300 miliar ini juga sudah masuk dalam capex AP II di tahun keuangan 2017.DUET BUDI KARYA-AWALUDDINPatut diakui bahwa luar biasa ekspansifnya PT Angkasa Pura II untuk mengelola bandara baru karena duet Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dan Direktur Utama PT Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin.Ekspansi itu ternyata tidak melulu di kawasan barat Indonesia, yang menjadi area yang secara tradisional menjadi domain wilayah kerja PT Angkasa Pura II.Dengan akan dikelolanya bandara di Purbalingga dan Banyuwangi maka PT Angkasa Pura II juga melabrak tradisi wilayah Jawa Tengah hingga Papua, bandara komersialnya dikelola oleh PT Angkasa Pura I.Berbasis fenomena ini, bukan tidak mungkin PT Angkasa Pura II juga akan mengelola bandara milik Kementerian Perhubungan di Kalimantan, Sulawesi hingga Papua.BANTU PEMERINTAH & DAERAHMasuknya empat bandara itu tentu dengan harapan besar akan membuat kinerja PT Angkasa Pura II semakin mengkilat.Namun yang pasti aksi bisnis BUMN tersebut membantu pemerintah pusat dan daerah, yang tentu memiliki keterbatasan finansial dalam membiayai pembangunan dan pengelolaan bandara. Beban APBN dan APBD menjadi berkurang dengan masuknya investasi dari PT Angkasa Pura II dengan segala kemampuan finansialnya. Sebagai BUMN, tentu saja PT Angkasa Pura II diperbolehkan untuk merekrut dan memobilisasi dana dari pasar modal dan pasar keuangan lainnya.GENJOT PARIWISATASeiringan dengan pengelolaan bandara oleh PT Angkasa Pura II maka aspek pengembangan kepariwisataan dapat digenjot lagi.Dengan pengalaman dan kemampuan mengelola bandara sebagai pintu masuk bagi pelancong maka pengelolaan kepariwisataan mendapatkan bobot lebih bagus. DUKUNGAN PEMERINTAHHanya saja, PT Angkasa Pura II tidak boleh dibiarkan berjalan sendirian. Pemerintah patut memberikan dukungan terhadap kebutuhan BUMN tersebut dalam mengelola bandara dengan berbagai benefit yang didapat oleh negara dan rakyat.Dukungan itu dinilai patut diberikan mengingat pengelolaan bandara baru tersebut tidak lantas memberikan efek bagus untuk kinerja keuangan perusahaan walaupun itu merupakan bagian dari ekspansi bisnis. Bisa jadi seperti bandara yang eksisting dikelola, PT Angkasa Pura II menerapkan subsidi silang dari bandara yang untung ke bandara merugi.Bila skema ini diterapkan dengan fakta bandara baru itu merugi walau sudah dikelola layaknya world class airport, maka terbuka peluang rapor keuangan PT Angkasa Pura II menjadi merah. Dan tentu bangsa ini tidak ingin tugas mulia yang dibebankan kepada PT Angkasa Pura II justru seperti lilin, yang menerangi namun akhirnya habis sendiri.Jangan sampai terjadi membantu meringankan keuangan pemerintah pusat dan daerah serta ikut menggenjot kepariwisataan, tetapi PT Angkasa Pura II akhirnya kehabisan darah untuk hidup. (Agus Wahyudin).

Tags :