Pertamina Siap Hadapi Persaingan Bisnis Yang Fair

  • Oleh : an

Kamis, 26/Okt/2017 13:19 WIB


JAKARTA (Beritatrans.com) - Manajemen PT Pertamina (Persero) mengaku siap menghadapi persaingan dalam bisnis bahan bakar minyak (BBM). Sepanjang, bisnis itu dilakukan dengan mengedepankan asas keadilan."Kami sudah lama welcome dengan persaingan bisnis yang fair, bahkan memenangkan persaingan dengan mengakuisisi SPBU lain. Kehadiran pesaing baru tidak masalah bagi Pertamina," kata Vice President Corporate Communications PT Pertamina (Persero), Adiatma Sardjito di Jakarta, Kamis (26/10/2027).Seperti diketahui, Menteri ESDM, Ignasius Jonan meresmikan SPBU milik PT Vivo Energy Indonesia di kawasan Cilangkap, Jakarta Timur. Kehadiran SPBU yang konon milik perusahaan minyak asal Belanda ini cukup membuat kaget publik. Pasalnya, SPBU ini juga diijinkan menjual BBM Research Octane Number (RON) 88 yang diberi nama Revvo 88.Meskipun pada akhirnya ada informasi yang menyebutkan bahwa Pemerintah melarang Vivo menjual RON 88 dan diganti dengan Revvo 89.Mengapa Diijinkan di Tempat GemukMasalahnya sekarang, menurut Adiatma, adalah mengapa sekarang Pemerintah mengijinkan pesaing menjual Premium 88 di tempat-tempat gemuk tanpa ada treat off seimbang untuk juga melayani Non Jamali."Apalagi Dry Gasoline 88 sudah menjadi target bersama dengan Pemerintah cq Kementrian ESDM untuk dihapus karena isu kebutuhan mesin otomotif dan isu baku mutu lingkungan," katanya.Meski diakui, menurut Adiatma, kalau ini dibiarkan akan sangat merugikan Pertamina. Selain itu, beban distribusi Premium 88 yang merugi, juga hanya untuk memberikan rente ekonomi ke segelintir pemain INU. "Jika itu yang terjadi, maka Pertamina jelas menolak ketidakadilan," tandas Adiatma.Pendapat serupa juga disampaikan Direktur Puskepi Sofyano Zakaria. " Begitu gampangnya foreign Company masuk ke bisnis retail BBM di Indonesia," jelas saat diminta komentarnya oleh Beritatrans.com.Apagi, perusahaan asing itu diijinkan membangun SPBU di wilayah gemuk. "(SPBU itu) Langsung di lokasi yang gemuk pula. Sementara, di negara tetangga entry barriernya sangat ketat," papar Sofyano.(helmi)