Direct Call di Balikpapan Hemat Waktu dan Biaya Ekspor ke Negara Tujuan

  • Oleh : an

Selasa, 10/Apr/2018 07:12 WIB


BALIKPAPAN (BeritaTrans.com) - Program Internasional Direct Call Pelindo IV, terbukti meningkatkan efisiensi aktifitas ekspor, baik dari sisi waktu dan biaya. Misal, waktu tempuh ekspor ke China menjadi hanya 16 hari dari semula 24 hari, ekspor ke Jepang menjadi 18 hari dari semula 28 hari dan ke Korea menjadi 17 hari dari semula 26 hari.Tidak hanya itu, biaya per kontainer pun berkurang drastis, dari semula mencapai Rp4 juta per kontainer menjadi hanya sekitar Rp792 ribu per kontainer. Sedangkan untuk Direct Call dari Balikpapan, dalam perhitungan Pelindo IV, lama waktu ekspor ke Shanghai, China akan terpangkas menjadi 9 hari dari semula mencapai 25 hingga 30 hari."Selain biaya logistik bisa lebih hemat, daya saing produk pun akan meningkat. Misalnya seperti ikan beku jauh lebih segar bila lewat jalur direct call karena waktunya lebih singkat. Dan tentunya ini akan memberikan multiplier effect bagi Kawan Timur Indonesia (KTI)," kata Direktur Utama Pelindo IV, Doso Agung di Balikpapan, Senin (9/4/2018) siang.Ekspor Perdana PT.Kaltim Kariangau Terminal (anak usaha PT Pelindo IV) dilepas oleh Kementerian BUMN, yang diwakili Deputi Bidang Usaha Konstruksi Sarana dan Prasarana Perhubungan, Ahmad Bambang. Hadir dalam kesempatan tersebut Gubernur Kalimantan Timur Awang Faroek Ishak, Gubernur Kalimantan Utara, Irianto Lambrie, pejabat daerah Provinsi Kaltim dan Kaltara, serta pejabat di lingkungan PT Pelindo IV.Ekspor langsung perdana 100 kontainer dari Balikpapan ini bekerjasama dengan perusahaan pelayaran asal Hongkong, SITC, menggunakan kapal MV Meratus Tomini dengan rute pelayaran Balikpapan langsung menuju ke Shanghai, China. Di pelayaran langsung perdana ini, komoditas yang diangkut yaitu Coconut Fiber dan kayu olahan (Plywood). "Pelayaran langsung ini dijadwalkan tiap pekan," kata Doso.PT Pelindo IV dan PT. KKT optimis, dengan upaya ekspor langsung ini akan meningkatkan ekspor maupun impor melalui PT. KKT. Tentunya dengan melihat potensi komoditas yang tidak hanya berasal dari Kaltim dan Kaltara, tetapi juga dari Kalimantan Selatan dan provinsi lainnya di Pulau Sulawesi, tegas Doso. (*)