Di Korsel, Jojo: Ini Potensi Pembangun TOD di Kawasan Jabodetabek

  • Oleh : an

Jum'at, 27/Apr/2018 08:49 WIB


JAKARTA (BeritaTrans.com) - Indonesia mengembangkan pembangunan dengan konsep transit oriented development (TOD) di beberapa stasiun dan terminal serta shleter MRT khususnya di kawasan Jabodetabek. Konsep TOD di Jabodetabek ini yang dipaparkan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Sugihardjo di ajang The 19th Transport Cooperation Forum di Seoul, Korea Selatan (Korsel).Menurutnya Jojo, sapaan akrab dia, TOD merupakan area perkotaan yang dirancang untuk memadukan fungsi transit dengan manusia, kegiatan, bangunan, dan ruang publik yang bertujuan untuk mengoptimalkan akses terhadap transportasi publik sehingga dapat menunjang daya angkut penumpang.TOD mengadopsi tata ruang campuran dan maksimalisasi penggunaan angkutan massal seperti Busway/ BRT, Kereta api kota (MRT), Kereta api ringan (LRT) serta dilengkapi jaringan pejalan kaki/ sepeda. Pengembangan TOD di Jabodetabek, menurt Jojo, didasari dengan berbagai fenomena serta dinamika perkembangan populasi di kawasan ini. Jabodetabek yang kini dihuni oleh 31.077 juta jiwa, serta populasi kendaraan sebanyak 24.897 juta kendaraan.Dengan kondisi tersebut, kawasan Jabodetabek akan menjadi daerah dengan lalu lintas terpadat. Hampir tidada hari tanpa kemacetan khususnya di jalan-jalan utama termasuk jalan tol di Jakarta. Setiap hari rata-rata ada 47 juta pergerakan manusia di Jabodetabek. Potensi TOD Semua harus diakomodasikan, dan dikelola serta dilayani dengan baik. Tanpa manajemen yang baik, akan stagnan dan itu merugikan kita semua. Oleh karean itu, muncullah ide pengembangan konsep TOD di berbagai titik di Jabodetabek, jelas Jojo.Menurut Jojo di wilayah Jabodetabek ada puluhan titik TOD yamh bisa dikembangkan. Sedikitnya ada potensi pengembangan di 22 Urban TOD, paling besar di Jakarta yaitu 1 titik, kabupoaten Bekasi 3 titik dan lainnya sepeti Depok, Tanerang, kab tangerang dan Tangerang Selatan masing1-2 titik. "Titik inilah potensi pengembangan TOD bisa dikembangkan di kawasan Jabodetabek," terang Jojo.Selanjutnya, menurut Jojo, ada lagi 25 Sub Urban and Neigbourhood TOD. Titik paling banyak ada di Jakarta, sebanyak 7 titik, mulai Tanjung Barat Jakarta Selatan sampai Cibubur, Jakarta Timur. Berikutnya Tangerang Selatan sebanyak 4 titik, Kabupaten Bogor 3 titik, serta daerah lain masing-masing 2 dan 1 titik TOD.Sekama Pembiayaan TODAda beberapa skema pembiayaan proyek TOD di kawasan Jabdoetabek. Pemerntah membuka kesempatan amsukna investasi asing, swasta dan BUMN untuk ikut membangn dengan konsep TOD ini.Dari sekian banyak potensi TOD di Jabodetabek, ada 4 terminal yang akan dibangun dengan biaya kemitraan dengan Pemerintah Pusat, yaitu Terminal Tipe A, Poris Plawad, Baranangsiang, Jatijajar dan Pondok Cab.Kedua, kemitraan sasta dengan Pemerinah Daerah (Pemda), yaitu Bojonggede, Cibinong, Bubulak, dan beberapa proyek Provinsi DKI Jakarta.Ketiga, kemitraan antara BUMN (BUMN incorporeted) seperti pemanfaatan lahan antara PT KAI, dengan Adhi Karya, Perum PPD dengan Adhi Karya dan lainnya. Keempat, proyek TOD mellui kerja sama anara angkutan umum (PO) dengan pihak swasta, seperti TOD Gunung Putri Bogor, TOD jababebak, TOD Ciracas, TOD Senen, dan TOD Cisauk. Kelima, TOD kerja sama BUMD dengan operator swasta, seperti pengembangan MRT di Dukung Atas, Lebak Bulus, dan Blok M.(helmi)