Memberdayakan Rest Area Tol Untuk Membangun Ekonomi Masyarakat Sekitar

  • Oleh : an

Selasa, 13/Nov/2018 17:50 WIB


JAKARTA (BeritaTrans.com) - Keberadaan rest area di ruas jalan tol tidak menjamin semakin laris. Harga sewa lahan yang tinggi dipastikan berimbas pada harga produk juga menjadi mahal. Meski diakui, rest area di sepnjang jalan tol mempunyai potensi besar sebagai etelase atau tempat jualan produk unggulan lokal."Keberadan rest area bisa meniru pengelola tol di Malaysia. Rest area berada di luar jaringan jalan tol tetapi dekat pintu masuk tol. Harga sewa lahan masih murah," kata Kepala Lab Transportasi Unika Soegijopranoto Semarang Djoko Setijowarnokepada BertaTrans.co di Jakarta, Selasa (13/11/2018).Menurutnya, informasi keberadan rest area tersebut diberikan pada sepanjang ruas tol, sehingga memudahkan pengguna tol mengetahui termasuk produk unggulan yang dijual disana, bisa batik, kuliner dan lainnya. "Bila perlu, ada tawaran keluar dan masuk tol lagi tidak dikenakan biaya tambahan," jelas Djoko lagi.Selanjutnya, BUMN Des bisa dilibatkan dengan memiliki saham khususnya di ruas Tol Bawen-Yogyakarta yang akan segera dibangun Pememrintah."Namun yang lebih tepat adalah warga yang terdampak langsung jalan tol tersebut agar tidak kehilangan pendapatannya perlu dilibatkan dan ada jaminan keberlangsungan hidupnya," papar Djoko. Tiru Cara KAISebelumnya, cara itu sudah diterapkan saat PT KAI ketika membangun jaringan KA Bandara Soekarno Hatta Tangerang Banten perlu ditiru. "Masyarakat tidak kehilangan peluang pekerjaan dan mendapatkan jaminan hidup dengan menempatkan salah satu anggota keluarganya menjadi pegawai di PT KAI," sebut Djoko. Selain itu, menurut dia, masyarakat sekitar juga mendapat uang pengganti atas lahan dan tempat tinggal terkena pembangunan jalan rel tersebut. Tol yang sudah terbangun di Pulau Jawa tidak seluruhnya dan semua kota harus terhubungan jaringan jalan tol. "Apalagi masih ada alternatif lain yang lebih murah, lebih cepat dan lebih mudah dikerjakan," terang anggota MTI itu. Jalan tol yang terbangun dipastikan akan menerjang sejumlah lahan produktif dan menghilangkan mata pencaharian sebagai petani penggarap. "Pemilik lahan bisa mendapatkan uang ganti lahan," terang Djoko. Sementara, petani penggarap lahan pertanian pasti akan kehilangan pekerjaan. "Sejumlah petani yang kehilangan mata pencaharian sebagai dampak Tol Trans Jawa hingga sekarang masih banyak yang belum mendapatkan pekerjaan pengganti," kilah akademisi senior ini. Oleh karenanya, Djoko menambahkan, jangan sampai nantinya terkesan pembangunan jalan tol menghilangkan mata pencaharian petani penggarap.(helmi)